oleh: Anton Sutrisno, SP
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan
rawa semakin penting peranannya dalam upaya mempertahankan swa sembada beras
dan mencapai swasembada pangan lainnya. Mengingat semakin menciutnya lahan
subur di Jawa akibat penggunaanya untuk perumahan dan keperluan non pertanian
lainnya. Perubahan ini juga terjadi di Kabupaten Mukomuko dari lahan sawah atau
rawa yang dapat dikeringkan menjadi lahan perkebunan. Potensi lahan rawa lebak
untuk Kabupaten Mukomuko mencapai 10.218 ha atau sekitar 22,73% dari total
lahan rawa lebak yang ada di Provinsi Bengkulu. Lahan yang sudah dimanfaatkan
baru mencapai 3.573 ha dan yang belum dimanfaatkan seluas 6.645 ha.
Pengembangan
dan optimalisasi pemanfaatan lahan lebak sebagai penyangga produksi tanaman
pangan diawali dengan identifikasi karakteristik lahan lebak. Tujuan dari
karekterisasi adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang karakteristik
wilayah lebak yang mencakup karakteristik biofisik, sosial ekonomi budaya,
serta kelembagaan dan infrastruktur pendukung, terutama yang berkaitan dengan
pengembangan usahatani berbasis padi. Data dan informasi karateristik tersebut
menjadi masukkan dalam menyusun rancangan model usahatani berbasi padi yang
telah diujicobakan dalam bentuk demontrasi area.
Keberhasilan
pelaksanaan demontrasi area diharapkan menjadi pemicu berkembangnya usaha padi
di rawa lahan lebak, selanjutnya lahan lebak ini menjadi salah satu areal
penyangga produksi tanaman pangan dalam rangka mengamankan ketahanan pangan
nasional.
Kegiatan
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Lebak Melalui Sistim Penguatan Kelembagaan dan
Infrastruktur Pendukung Dalam Rangka Menyangga Produksi Tanaman Pangan Pada
Tahap I Tahun 2005 kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
·
Sosialisasi.
·
Pelatihan aparat dan Petani
agar mampu melaksanakan karakterisasi.
·
Pelaksanaan Karakterisasi.
·
Pelatihan Petani untuk
Perancanagan Model Usahatani.
·
Penyusunan Model Usahatani
Pengembangan Lahan Lebak.
Sedangkan
kegiatan untuk Tahap II di Kabupaten Muko Muko untuk tahun 2006 yang akan
dilaksanakan antara lain:
·
CPCL untuk Pelaksanaan Dem Area
Model Pengembangan Lahan Rawa Lebak dengan berbasis Padi.
·
Pelaksanaan Model Pengembangan
Lebak dalam Bentuk Dem Area.
·
Evaluasi Model Pengembangan
Lebak
·
Penentuan Model Definitif
Pengembangan Lebak Spesifik Lokasi
·
Perancangan Model Replikasi
Model Pengembangan Lahan
·
Inisialisasi Kelembagaan
Guidance and Counselling.
Pada
tahap awal demontrasi area di Kabuapten Mukomuko telah dilakukan seluas150
hektar yang terdiri atas lokasi di Desa Sumber Makmur SP8 Kecamatan Lubuk
Pinang seluas 50 hektar, Desa Tanjung Mulia SP9 Kecamatan Mukomuko Utara seluas
50 hektar dan Desa Air Hitam Kecamatan Pondok Suguh seluas 50 hektar.
Pelaksanaan demontrasi ini melibatkan 10 kelompok tani dengan 210 petani.
Masalah
utama yang timbul dalam pengembangan lahan lebak adalah kondisi air yang sangat
fluktuatif, terkadang sulit diduga sehingga pada musim kemarau terjadi
kekeringan dan pada saat musim hujan terjadi banjir. Oleh karena itu untuk
pelaksanaan replikasi selanjutnya perlu adanya langkah operasional agar
pengembangan dapat lebih efektif dan efisien.
Saran untuk dibaca:
Saran untuk dibaca:
B. Tujuan Kegiatan
· Melakukan replikasi model
usahatani berbasis padi yang disusun berdasarkan hasil Dem Area sebelumnya dengan
mempertimbangkan hasil karakterisisasi lahan biofisik maupun non biofisik serta
sosial budaya setempat.
·
Menyusun dan mengembangkan
model usahatani pada lahan lebak sehingga terwujudnya pedoman, kesatuan
pandangan tentang sifat lahan lebak dan langkah-langkah pemanfaatannya serta
pola teknis usaha
dan teknologi budidaya yang lebih terarah efektif dan efisien.
·
Memberikan keyakinan kepada
petani bahwa lahan rawa lebak dapat memberikan hasil yang memadai bila
diusahakan dengan sistim usahatani
yang tepat.
·
Sebagai sarana pelatihan dalam
pemberdayaan dan peningkatan kemampuan petani untuk bias mengelola usahatani
dilahan rawa lebak.
·
Replikasi Demontrasi area
diharapkan akan menjadi pemicu dalam pengembangan usahatani berbasis padi di
lahan rawa lebak, yang bias menjadi salah satu penyangga produksi tanaman
pangan dalam mengamankan ketahanan pangan nasional.
II. POTENSI LAHAN LEBAK
A. Situasi Wilayah
1. Letak Geografis
Kabupaten
Mukomuko merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara sesuai dengan
Undang-undang No. 3 tahun 2003 tanggal 23 Mei 2003, dengan ibu kota di Wilayah
Mukomuko Kecamatan Mukomuko Utara. Jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten adalah sebagai berikut:
·
Mukomuko Utara – Ipuh berjarak
100 km.
·
Mukomuko Utara – Pondok Suguh
berjarak 63 km.
·
Mukomuko Utara – Teras Terunjam
berjarak 40 km.
·
Mukomuko Utara – Lubuk Pinang
berjarak 27 km.
Sedangkan
jarak ibukota kabupaten dengan ibukota provinsi Bengkulu adalah 270 km.
Kabupaten
Mukomuko berada pada ketinggian 0 – 259 meter dpl. yang terletak pada 2 LS – 4
LS dan pada 101 BT – 101 BT. Topografi sebagaian datar dan sebagian
berbukit-bukit. Luas wilayah mencapai 4.036,7 km2. dengan
batas-batas administratife sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Kabupaten Lebong.
- Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
2. Macam Penggunaan Lahan
Untuk
lahan persawahan di Kabupaten Mukomuko seluas 11.335 ha yang terdiri dari sawah
irigasi teknis 4.096 ha, sawah irigasi setengah teknis 800 ha, sawah irigasi
sederhana 831 ha, sawah tadah hujan 1.985 ha, sawah pasang surut 50 ha dan
sawah rawa lebak 3.573 ha. Penyebaran pemanfaatan lahan sawah menurut kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
1.
Luas Pemanfaatan Lahan Sawah Per Kecamatan Tahun 2004
No.
|
Kecamatan
|
Luas Lahan Sawah (ha)
|
|||||
Irigasi Teknis
|
Irigasi ½ teknis
|
Irigasi sederhana
|
Tadah hujan
|
Pasang Surut
|
Rawa Lebak
|
||
1.
|
Mukomuko
Selatan
|
-
|
-
|
300
|
350
|
-
|
70
|
2.
|
Pondok Suguh
|
-
|
-
|
381
|
75
|
-
|
646
|
3.
|
Teras
Terunjam
|
-
|
800
|
150
|
420
|
-
|
130
|
4.
|
Mukomuko
Utara
|
1.550
|
-
|
-
|
1.037
|
50
|
724
|
5.
|
Lubuk Pinang
|
2.546
|
-
|
-
|
103
|
-
|
2.003
|
Jumlah
|
4.096
|
800
|
831
|
1.985
|
50
|
3.573
|
Berdasarkan
tabel tersebut diatas, luas lahan sawah untuk masing-masing kecamatan adalah
sebagai berikut: Kecamatan Mukomuko Selatan seluas 720 ha, kecamatan Pondok
Suguh seluas 1.102 ha, Kecamatan Teras Terunjam seluas 1.500 ha, Kecamatan
Mukomuko Utara seluas 3.361 ha, dan Kecamatan Lubuk Pinang selaus 4.652 ha.
3. Potensi Sumberdaya Alam
Potensi
lahan yang dimiliki oleh Kabupaten Mukomuko adalah lahan basah yang
berpengairan seluas 10.219 ha, lahan basah yang tidak berpengarian seluas
15.430 ha, serta lahan kering seluas 74.503,5 ha.
Kecamatan
Mukomuko Selatan memiliki potensi lahan basah berpengairan seluas 588 ha, dari
luas tersebut yang berfungsi seluas 300 ha dengan ditanami 2 kali setahun
seluas 75 ha, satu kali tanam setahun seluas 225 ha, lahan belum dimanfaatkan
karena kurangnya debit air irigasi seluas 864 ha. Potensi lahan kering seluas
12.946,5 ha.
Kecamatan
Pondok Suguh memiliki potensi lahan basah berpengairan seluas 790 ha. Dari luas
tersebut yang dimanfaatkan seluas 381 ha dengan ditanami 2 kali setahun seluas
102 ha, satu kali tanam seluas 279 ha dan belum dimanfaatkan seluas 409 ha
disebabkan kurangnya debit air irigasi. Potansi lahan kering seluas 11.963 ha.
Kecamatan
Teras terunjam memiliki potensi lahan basah berpengairan seluas 1.238 ha, dari
luas tersebut yang telah dimanfaakan seluas 950 ha, dengan ditanami 2 kali
setahun seluas 720 ha, ditanami 1 kali setahun seluas 230 ha, sedangkan yang
belum dimanfaatkan seluas 288 yang disebabkan oleh rusaknya jaringan irigasi
tersier.
Kecamatan
Mukomuko Utara memiliki potensi lahan basah berpengairan seluas 3.777 ha, dari
luas tersebut yang dimanfaatkan seluas 1.550 ha dengan ditanamai 2 kali setahun
seluas 630 ha, ditanami sekali setahun seluas 920 ha, sedangkan yang belum
dimanfaatkan seluas 2.227 ha. Secara umum lahan ini adalah lahan gambut.
Potensi lahan kering seluas 7.852 ha.
Kecamatan
Lubuk Pinang memiliki potensi lahan basah
berpengairan seluas 3.826 ha. Dari luas lahan tersebut yang dapat dimanfaatkan
seluas 2.546 ha dengan ditanami 2 kali setahun seluas 1.300 ha. Ditanamai
sekali setahun seluas 1.246 ha. Lahan yang belum dimanfaatkan seluas 1.280 ha
dengan permasalahan secara umum adalah jaringan irigasi yang rusak dan lahan
gambut. Potensi lahan kering seluas 19.678 ha.
4. Iklim
Kabupaten
Mukomuko termasuk dalam iklim tropis lembab, dengan curah hujan berkisar 3.000
sampai 4.500 mm per tahun. Rata-rata curah hujan per bulan sebesar 149,5 mm per
bulan dan rata-rata hari hujan dalam satu bulan sebanyak 19,1 hari. Jika
dikatagorikan menurut Schmidt dan Feguson termasuk dalam iklim tipe A dengan
nilai kurang dari 14%.
5. Penduduk
Penduduk
Kabupaten Mukomuko berdasarkan hasil Pendaftaran dan Pendataan Penduduk
Berkelanjutan (P4B) tahun 2004 sebanyak 133.527 jiwa dengan kepadatan penduduk
33 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan
Mukomuko Utara yaitu 69 jiwa/km2, kemudian diikuti dengan Kecamatan
Lubuk Pinang yaitu 63 jiwa/km2.
Tabel
2.
Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di
Kabupaten Mukomuko Tahun 2004
No
|
Kecamatan
|
Luas
Wilayah (km2)
|
Jumlah
Penduduk (jiwa)
|
Kepadatan
Penduduk (jiwa/km2)
|
1.
|
Mukomuko Selatan
|
1.455,70
|
28.480
|
19,56
|
2.
|
Pondok Suguh
|
1.017,00
|
22.521
|
22,14
|
3.
|
Teras Terunjam
|
780,00
|
30.427
|
39,01
|
4.
|
Mukomuko Utara
|
395,00
|
27.542
|
69,73
|
5.
|
Lubuk Pinang
|
389,00
|
24.557
|
63,13
|
Jumlah
|
4.036,70
|
133.527
|
33,08
|
Sumber
: Mukomuko Dalam Angka 2004
Jumlah
Penduduk usia 15 – 60 tahun di Kabupaten Mukomuko Tahun 2004 mencapai 83.077 orang yang terdiri dari 43.444 orang
laki-laki dan 39.633 orang perempuan. Rasio beban usia produktif diperoleh 0,6
yang berarti bahwa setiap 10 orang usia peroduktif menanggung 6 orang usia yang tidak
produktif.
Jumlah
Penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sex
rasio diperoleh sebesar 109,73 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 69.860
jiwa dan perempuan 63.667 jiwa.
Tabel
3.
Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Mukomuko Tahun 2004
No
|
Kecamatan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1.
|
Mukomuko Selatan
|
14.997
|
13.483
|
28.480
|
2.
|
Pondok Suguh
|
11.664
|
10.857
|
22.521
|
3.
|
Teras Terunjam
|
16.066
|
14.361
|
30.427
|
4.
|
Mukomuko Utara
|
14.332
|
13.210
|
27.542
|
5.
|
Lubuk Pinang
|
12.801
|
11.756
|
24.557
|
Jumlah
|
69.860
|
63.667
|
133.527
|
Sumber
: Mukomuko Dalam Angka 2004
Jumlah
Kepala Keluarga yang terdapat di Kabupaten Mukomuko sebanyak 34.366 KK dengan
jumlah anggota keluarga rata-rata sebesar 4,45 anggota keluarga. Rata-rata
anggota keluarga terbesar terdapat di Kecamatan Mukomuko Utara sebanyak 4,61
sedangkan terkecil terdapat di Kecamatan sebanyak 4,17. Mayoritas profesi
kepala keluarga di Kabupaten Mukomuko adalah petani (92%) dengan jumlah KK
Petani sebanyak 31.493 KK.
Tabel
4. Jumlah KK dan jumlah KK Petani
menurut Kecamatan di Kabupaten Mukomuko tahun 2004
No
|
Kecamatan
|
Jumlah
KK
|
Jumlah
KK Tani
|
1.
|
Mukomuko Selatan
|
7.624
|
6.610
|
2.
|
Pondok Suguh
|
5.850
|
4.883
|
3.
|
Teras Terunjam
|
7.897
|
7.716
|
4.
|
Mukomuko Utara
|
6.977
|
6.393
|
5.
|
Lubuk Pinang
|
6.018
|
5.891
|
Jumlah
|
34.366
|
31.493
|
Tingkat
kepadatan penduduk Kabupaten Mukomuko adalah 32,99 jiwa/km2. Dari 5
kecamatan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah pada kecamatan Mukomuko
Utara yang mencapai 68,65 jiwa/km2.
Tabel
5. Tingkat Kepadatan Penduduk Kabuapten
Mukomuko Tahun 2003
No
|
Kecamatan
|
Luas
Wilayah (Km2)
|
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
|
Kepadatan
Penduduk (Jiwa/Km2)
|
1.
|
Mukomuko Selatan
|
1.456
|
28.418
|
19,98
|
2.
|
Pondok Suguh
|
1.017
|
22.036
|
21,89
|
3.
|
Teras Terunjam
|
780
|
28.911
|
39,20
|
4.
|
Mukomuko Utara
|
395
|
26.337
|
68,65
|
5.
|
Lubuk Pinang
|
389
|
24.028
|
62,02
|
Jumlah
|
4.037
|
129.730
|
32,99
|
Sumber :
Mukomuko Dalam Angka Tahun 2004
6. Kelembagaan Penunjang Kegiatan Pertanian
Dalam
mendukung kegiatan usaha tani masyarakat di Kabupaten Mukomuko telah tersesdia
lembaga keuangan yang siap memberikan kredit kepada para petani. Dari
keseluruhan terdapat 5 lembaga keuangan bank dan 23 lembaga keuangan bukan
bank, yaitu lembaga keuangan milik desa yang didirikan berdasarkan Program
Bengkulu Regional Development Project (BRDP) dimana kredit yang disalurkan
merupakan sarana untuk mempercepat kegiatan adopsi teknologi pertanian.
Tabel
6. Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
di Kabupaten Mukomuko pada tahun 2004
No.
|
Kecamatan
|
BRI
Unit
|
Cabang
Bank Bengkulu
|
UPKD
BRDP
(LK
Non Bank)
|
1.
|
Mukomuko
Selatan
|
1
|
1
|
6
|
2.
|
Pondok
Suguh
|
-
|
-
|
5
|
3.
|
Teras
Terunjam
|
1
|
-
|
2
|
4.
|
Mukomuko
Utara
|
1
|
1
|
4
|
5
|
Lubuk
Pinang
|
1
|
1
|
6
|
Jumlah
|
4
|
3
|
23
|
Lembaga
Keuangan ini memiliki peran yang sangat strategis terutama sekali dalam
mengatasi permodalan pertanian. Tidak saja bagi kepentingan petani, tetapi juga
untuk berjalannya suatu program yang sering tidak tepat waktu, dalam pengadaan
saprodi, maka dengan adanya lembaga keuangan melalui kelompok tani saprodi yang
dibutuhkan pengadaannya dapat ditanggulangi terlebih dahulu.
Meskipun
banyak yang tidak berjalan sebagaimana tujuannya yang mulia dalam rangka
memanjukan anggota, KUD tetap telah berjasa memberikan perubahan yang
cukup berarti dalam membantu meningkatkan kesejahteraan para petani. Tidak
berjalannya KUD ini sering disebabnya adanya krisis kepercayaan antara pengurus
dan anggotanya. Secara rinci jumlah KUD yang ada di Kabupaten Mukomuko dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
7. Jumlah KUD di Masing-masing Kecamatan di
Kabupaten Mukomuko tahun 2004.
No.
|
Kecamatan
|
Jumlah
KUD
|
1.
|
Mukomuko
Selatan
|
6
|
2.
|
Pondok
Suguh
|
2
|
3.
|
Teras
Terunjam
|
3
|
4.
|
Mukomuko
Utara
|
1
|
5
|
Lubuk
Pinang
|
7
|
Jumlah
|
19
|
Sumber :
Profil Pertanian Kabupaten Mukomuko Tahun 2004
Penyuluh
pertanian dalam pelaksanaan demontrasi area memailiki peran yang sangat sentral
dan strategis dalam menyampaikan informasi dan melaksanakan program di tingkat
areal atau wilayah desa. Penyebaran informasi yang dilakukan penyuluh dengan
interaksi yang sangat intens kepada kelompok tani, atau kontak tani memberikan
dampak yang positif bagi petani dalam
penerimaan teknologi baru yang akan diterapkan atau dikampanyekan dalam
demontrasi area.
Tabel
8. BPP dan Tenaga Penyuluh di Kabupaten Mukomuko
tahun 2004.
No.
|
Kecamatan
|
Nama
BPP
|
Jumlah
Penyuluh
|
1.
|
Mukomuko
Selatan
|
BPP Medan Jaya
|
15
|
2.
|
Pondok
Suguh
|
BPP Pondok Suguh
|
6
|
3.
|
Teras
Terunjam
|
BPP Teras Terunjam
|
6
|
4.
|
Mukomuko
Utara
|
BPP Ujun Padang
|
7
|
5
|
Lubuk
Pinang
|
BPP Sido Mulya
|
11
|
Jumlah
|
45
|
Sumber
: Profil Pertanian Kabupaten Mukomuko Tahun 2004.
Kelompok
tani merupakan wadah terdepan dalam melaksanakan pembangunan pertanian.
Tercatat sebanyak 480 kelompok tani yang ada di Kabupaten Mukomuko untuk tahun
2004 dengan jumlah anggota kelompok mencapai 12.382 orang, rata-rata mereka
baru pada kelas pemula dan lanjut. Dari kesemua kelompok tani yang aktif dan
telah memperoleh pengukuhan baru 60 kelompok tani.
Tabel
9. Jumlah Kelompok Tani dan Anggota di Kabupaten
Mukomuko tahun 2004.
No.
|
Kecamatan
|
Jumlah
Kelompok Tani
|
Jumlah
Anggota
|
1.
|
Mukomuko
Selatan
|
113
|
3.025
|
2.
|
Pondok
Suguh
|
69
|
2.377
|
3.
|
Teras
Terunjam
|
-
|
-
|
4.
|
Mukomuko
Utara
|
133
|
3.317
|
5
|
Lubuk
Pinang
|
125
|
3.662
|
Jumlah
|
480
|
12.382
|
Sarana
penunjang yang sangat vital lainnya adalah kios saprodi. Kios saprodi berfungsi
untuk mendekatkan penyedia sarana dan prasarana produksi pertanian dengan
petani. Kios yang disajikan berikut ini merupkan kios yang tercatat sebagai
pengecer saprodi resmi. Sementara itu masih banyak kios-kios kecil yang ada di
desa yang melakukan penjualan dalam jumlah yang terbatas.
Tabel
10. Jumlah Kios Saprodi Pertanian di Kabupaten
Mukomuko tahun 2004.
No.
|
Kecamatan
|
Jumlah
Kios
|
1.
|
Mukomuko
Selatan
|
2
|
2.
|
Pondok
Suguh
|
1
|
3.
|
Teras
Terunjam
|
5
|
4.
|
Mukomuko
Utara
|
12
|
5
|
Lubuk
Pinang
|
11
|
Jumlah
|
31
|
Sumber
: Profil Pertanian Kabupaten Mukomuko
Tahun 2004
B. Perekonomian
Pertumbuhan
ekonomi regional di Kabupaten Mukomuko pada tahun 2004 menurut Laporan BPS 4,6%
yang mengacu pada PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000. Sektor yang menjadi
andalan adalah pertanian dengan pertumbuhan 4,66% yang disebabkan karena adanya
pertumbuhnan dalam sub sector pertanian yang sangat pesat seperti dari sektor
Tanaman Perkebunan. Sedangkan untuk pertumbuhan sektor lainnya adalah sebagai
berikut: pertambangan mengalami kenaikan 3,5%, industri pengolahan mengalami kenaikan 2,8%,
sektor listrik, gas dan air minum mengalami kenikn 2,12%, sektor bangunan
6,42%, perdagangan 4,05%, sektor transportasi sebesar 7,31%, sektor perbankan
sebesar 4,68% dan sektor jasa-jasa sebesar 6,67%.
Berdasarkan
PDRB tahun 2004 atas dasar harga berlaku, sektor pertanian masih menjadi
tumpuan perekonomian di Kabupaten Mukomuko sebesr 51,84% terhadap total PDRB.
Sektor kedua yang cukup besar adalah pedagangan, hotel dan restoran dengan
kontribuasi sebesar 18,69%. Kontribusi sektor-sektor lain adalah pengangkutan
dan komunikasi sebesar 3,9%, sector jasa-jasa sebesar 6,19%, sektor jasa-jasa
ini termasuk juga jasa pemerintah. Sektor banguan mencapai 2,65%, sektor
keuangan, sewa dan jasa perusahaan sebesar 3,54%, sektor industri pengolahan dengan kontribusi
sebesar 6,28% sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6,63% dan sektor
dengan kontribusi terkecil adalah listrik, gas dan air minum sebesar 0,20%.
III. POTENSI LAHAN LEBAK
A. Potensi dan Penyebaran Lahan Lebak
Kabupaten
Mukomuko memiliki potensi lahan rawa lebak yang cukup besar. Berdasarkan data
Profil Pertanian Kabupaten Mukomuko Tahun 2004 diperoleh potensi lahan rawa
lebak seluas 10.218 ha yang tersebar di semua kecamatan yang ada. Luas potensi
lahan terbesar terdapat di Kecamatan Lubuk Pinang yaitu 4.047 ha, sedangkan
potensi terkecil terdapat di Kecamatan Teras Terunjam sebesar 3.457 ha. Di
Kecamatan Mukomuko Utara juga memiliki potensi lahan Pasang Surut seluas 375
ha.
Tabel
11.
Luas Potensi Lahan Sawah Per Kecamatan Tahun 2004
No.
|
Kecamatan
|
Luas Lahan Potensial (ha)
|
|||||
Irigasi Teknis
|
Irigasi ½ teknis
|
Irigasi sederhana
|
Tadah hujan
|
Pasang Surut
|
Rawa Lebak
|
||
1.
|
Mukomuko
Selatan
|
-
|
-
|
588
|
803
|
-
|
1.176
|
2.
|
Pondok Suguh
|
-
|
-
|
790
|
150
|
-
|
1.338
|
3.
|
Teras
Terunjam
|
-
|
846
|
392
|
1.123
|
-
|
200
|
4.
|
Mukomuko
Utara
|
3.777
|
-
|
-
|
2.501
|
375
|
3.457
|
5.
|
Lubuk Pinang
|
3.826
|
-
|
-
|
260
|
-
|
4.047
|
Jumlah
|
7.603
|
846
|
1770
|
4.837
|
375
|
10.218
|
Sumber : Profil Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Mukomuko Tahun 2004.
B. Penggunaan Lahan Lebak
Lahan
lebak yang sudah dimanfaatkan secara umum ditanami padi, sedangkan untuk lahan
lebak yang drainasenya sudah bagus kebanyakan sudah ditanami jagung dan
palawija. Untuk berapa luasan tanam dan jenis pemanfatan belum ada data.
IV. RENCANA PENGEMBANGAN LAHAN LEBAK
A. Sasaran Pengembangan Lahan Lebak
Berdasarkan
data dari Profil Pertanian Kabupaten Mukomuko Tahun 2004 diperoleh potensi
lahan lebak seluas 10.218 ha, dengan luas lahan yang telah dimanfaatkan baru 3.573
ha. Pemanfaatan ini baru mencapai sekitar 35% dari potensi yang dimiliki. Lahan
yang masih banyak belum di manfaatkan terdapat di Kecamatan Mukomuko selatan,
baru mencapai 6% dari potensi lahan seluas 1.176 ha. Pemanfaatan terbesar di
Kecamatan Lubuk Pinang (49%) meskipun belum
maksimal.
Tabel
12. Potensi Lahan Lebak dan Lahan lebak yang di
Manfaatkan Tahun 2004
No.
|
Kecamatan
|
Lahan
Rawa Lebak (ha)
|
|
Potensi
|
Dimanfaatkan
|
||
1.
|
Mukomuko Selatan
|
1.176
|
70
|
2.
|
Pondok Suguh
|
1.338
|
646
|
3.
|
Teras Terunjam
|
200
|
130
|
4.
|
Mukomuko Utara
|
3.457
|
724
|
5.
|
Lubuk Pinang
|
4.047
|
2.003
|
Jumlah
|
10.218
|
3.573
|
Sumber
: Profil Pertanian Kabupaten Mukomuko
2004.
Pada
pelaksaan Demontrasi Area sasaran baru pada 3 kecamatan yaitu, Lubuk Pinang,
Mukomuko Utara dan Pondok Suguh dengan luasan 150 ha. Pada Replikasi dari
Demontrasi Area tersebut diharapkan dapat dilaksanakan di semua kecamatan yang
berpotensi lahan rawa lebak.
Rencana
replikasi demontrasi area selama 5 tahun (2007 – 2011) direncanakan dapat
mengoptimalkan lebih dari 50% potensi lahan gambut yang dimiliki di Kabupaten
Mukomuko. Sebagaimana pelaksanaan demontrasi area persyaratan lahan pada
replikasi tahun 2007 juga hampir sama, yaitu lebih diutamakan kepada lahan rawa
lebak yang telah sering diusahakan atau diolah. Untuk lahan yang jarang atau
belum pernah diolah menjadi sasaran pada tahun berikutnya. Bersamaan dengan
itu, petani juga dapat membuka lahan potensial rawa lebak yang masih tertutup
belukar agar dapat diusahakan dan menjadi sasasaran kegiatan replikasi
optimalisasi lahan lebak pada tahun berikutnya.
Tabel
13. Rencana Luas Pengembangan Lahan Lebak Per
Kecamatan Tahun 2007 – 2011.
No
|
Kecamatan
|
Pengembangan
|
Jumlah
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
|||
1
|
Mukomuko Selatan
|
50
|
50
|
75
|
50
|
75
|
300
|
2
|
Pondok Suguh
|
50
|
50
|
75
|
100
|
75
|
350
|
3
|
Teras Terunjam
|
50
|
50
|
0
|
0
|
0
|
100
|
4
|
Mukomuko Utara
|
150
|
150
|
150
|
150
|
150
|
750
|
5
|
Lubuk Pinang
|
200
|
200
|
200
|
200
|
200
|
1.000
|
Jumlah
|
500
|
500
|
500
|
500
|
500
|
2.500
|
Rencana
pengembangan Replikasi Dem area di Kabupaten Mukomuko, secara keseluruhan
pengembangan lahan mencapai 24% dari potensi lahan lebak yang ada. Pengembangan
lahan rawa lebak di Kecamatan Lubuk Pinang mencapai 26%, Mukomuko Utara 26%,
Teras Terunjam 50%, Pondok Suguh 22%, dan Mukomuko Selatan mencapai 25% dari
total potensi lahan lebak masing-masing kecamatan. Diperkirakan pemanfaatan
lahan lebak pada tahun 2011 paling tidak dapat mencapai 6.073 ha yaitu dari luasan replikasi
dan luasan yang telah dimanfaatkan saat ini.
Mengingat
keterbatasan anggaran dan sumber daya yang ada, maka perlu disusun suatu pola
pengembangan lahan yang efektif dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Dari
target pengembangan tersebut diatas, maka disusun lagi rencana luasan lahan
yang akan dikembangkan dengan dibiayai melalui kegiatan replikasi lahan lebak
yang berbasis padi. Pengembangan ini diharapkan menjadi lebih besar dari
perencanaan di atas apabila dapat dikembangkan pola pengembangan keswadayaan
masyarakat, replikasi demontrasi area dilakukan secara mandiri oleh kelompok
tani atau petani pada daerah yang tidak menjadi sasaran replikasi.
Pola
partisipasi ini tidak saja dalam kegiatan usaha tani saja tetapi dapat juga
pada pembangunan sarana dan prasarana pendukung usaha tani seperti pembangunan
jalan usahatani, saluran irigasi di lahan, pembuatan atau perbaikan saluran
pembuangan dan lain sebagainya. Pola partisipasi ini telah pernah di lakukan di
beberapa desa di kabupaten muko-muko yang kebanyakan saat ini baru pembangunan
jalan desa.
B. Model Usahatani Lahan Lebak
Perbaikan
pola tanam pada lahan lebak yang selama ini hanya dilakukanan tanam satu kali
satu tahun, melalui replikasi demontrasi area ada peningkatan IP. Pada lahan
lebak selama melakukan pola tanam padi- bera-bera, diharapkan dengan adanya
replikasi para petani telah mengikuti pola tanam padi-padi-bera atau
padi-padi-palawija. Dengan dermikian pada saat replikasi demontrasi Area IP
menadi 200 – 300%.
Tabel
14. Pola Tanam berdasarkan hasil karakterisasi
Sosial Budaya tahun 2005
No.
|
Uraian
|
Pola Tanam
|
1.
|
Penataan
lahan
|
Sawah
|
2.
|
Pola
Tanam
|
Padi
– Padi – Palawija/Jagung/Bera
|
3.
|
Waktu
Tanam
|
Marengan
: April
Rendengan
: Oktober
|
Untuk
tanam padi di lahan lebak, hal yang sangat penting adalah dalam pemilihan
varietas. Varietas harus dipilih yang sesuai dengan kondisi lahan dan
preferansi atau kesukaan di suatu daerah, yang menyangkut tekstur nasi, bentuk
gabah dan keputihan beras. Disaming itu perlu diperhatikan adalah umur tanaman,
penggunaan padi umur pendek akan lebih memberikan tingkat keberhasilan
disbanding dengan tanaman padi yang berumur panjang.
Penggunaan
varietas benih unggul
yang direkomendasikan berdasarkan dari hasil
karakterisasi dan demontrasi area adalah sebagai berikut:
Tabel
15. Varietas Unggul yang direkomendasikan untuk
ditanam di lahan lebak.
Nama Varietas
|
Umur Panen (Hari)
|
Hasil (Ton/Ha)
|
Keunggulan Lainnya
|
Fatmawati
|
105
– 115
|
6
– 9
|
Tekstur
nasi pulen, agak tahan terhadap wereng coklat, tahan terhadap bakteri hawar
daun. Dapat ditanam pada musim kemarau.
|
Ciherang
|
116
– 125
|
5
– 7
|
Tektur
nasi pulen, tahan terhadap wereng coklat, tahan terhadap hawar daun bakteri,
dapat ditanam pada musim kemarau.
|
Digul
|
115
– 125
|
5
– 7
|
Tekstur
nasi pera, tahan terhadap wereng coklat, agak tahan terhadap hawar daun
bakteri, dapat ditanam pada musim kemarau.
|
Progo
|
125
|
4,5
– 5
|
Tektur
nasi pera, tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2, agak tahan terhadap
hawar daun bakteri, sesuai ditanam di awal musim kemarau.
|
Cisokan
|
110
– 120
|
4,5
– 5
|
Tekstur
nasi pera, tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan 3, agak tahan
terhadap hawar daun bakteri, sesuai ditanam di awal musim kemarau.
|
IR
– 36
|
110
– 120
|
4
– 4,5
|
Tektur
nasi pera, tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2 agak peka serangan
hawar daun bakteri, agak tahan terhadap blast, sesuai ditanam di awal musim
hujan.
|
IR
– 64
|
115
|
5
|
Tekstur
nasi pulen, tahan terhadap wereng coklat, agak tahan terhadap hawar daun
bakteri, dapat ditanam pada musim kemarau.
|
Batang
Piaman
|
125
|
4,4
|
Tekstur
nasi pera, tahan terhadap blas, baik ditanam pada awal musim hujan.
|
Batang
Lembang
|
125
|
4,1
|
Tekstur
nasi pera, tahan terhadap blas, biak ditanam pada awal musim hujan.
|
·
Perbaikan Teknik Bercocok Tanam
Persemaian dapat menggunakan sistim kering atau
sistim basah tergantung dengan situasi setempat. Pemilihan lokasi persemaian
tanah harus baik atau subur, cukup sinar matahari, kelengasan tanah cukup atau
dekat sumber air, dan aman dari gangguan hewan. Tanah perlu dibersihkan dari
sisa akar tumbuhan, untuk semai kering perlu diberi 1 kg abu/m2,
benih ditebar dengan kepadatan 200 – 250 gr/m2, pemberian pupuk urea
dan KCl masing-masing 5 gr/m2 setelah berumur 10 hari. Pengendalian hama dilakukan sesuai
dengan kondisi.
Jarak tanam sebaiknya dengan sistim legowo yang
disesuaikan dengan petakan sawah dengan tetap menjaga jumlah tanaman per areal
tidak terjadi penurunan. Jajar legowo – 5 dengan jarak tanam 20 x 20 cm untuk 3
baris ditengah dan 10 cm dalam barisan untuk 2 baris dipinggir. Sistim ini
memudahkan dalam pengendalian hama
dan penyiangan gulma.
Pegolahan lahan dapat dengan sistim olah tanah atau
tanpa olah tanah, dengan mempertimbangkan biaya, tenaga kerja dan waktu yang
tersedia.
·
Pemupukan Berimbang
Pemupukan yang sesuai dengan berdasarkan dari
kesuburan tanah lokasi pengembangan dem area. Oleh karena itu sebelum
Pelaksanaan replikasi demontrasi area, terlebih dahulu dilakukan analisa
kesuburan tanah lokasi kegiatan. Untuk lahan masing-masing pengembangan
kegiatan replikasi lahan rawa lebak dilakukan pengujian kesuburan tanah
sehingga akan diperoleh rekomendasi yang tepat utnuk pelaksanaaan pemupukan. Sedangkan
untuk demontrasi area yang sudah di lakukan di ketiga lokasi, berdasarkan hasil analisa tanah dari
masing-masing diperoleh rekomendasi pemupukan sebagai tabel berikut.
Tabel
16. Rekomendasi Pemupukan berdasarkan Hasil
Karakterisasi Biofisik.
Lokasi
|
Urea
|
SP-36
|
KCl
|
Dolomit
|
Sumber
Makmur
|
0
kg/ha
|
0
kg/ha
|
0
kg/ha
|
110
kg/ha
|
Tanjung
Mulia
|
32,5
kg/ha
|
35
kg/ha
|
0
kg/ha
|
3.500
kg/ha
|
Air
Hitam
|
240
kg/ha
|
35
kg/ha
|
100
kg/ha
|
200
kg/ha
|
Tingkat keasaman dari masing-masing lokasi berkisar
pH 4,5 – 5,5 (hasil pengamatan November 2005)
Waktu dan cara pemberian pupuk, dolomit diberikan
pada saat pengolahan tanah dan hanya satu kali dalam satu musim, sepertiga
bagian pupuk Urea dan seluruh pupuk SP36 dan KCl diberikan pada saat tanam, dan
dua pertiga pupuk Urea diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan.
·
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama
dan penyakit mengacu pada pengendalian hama
terpadu (PHT) antara lain menyangkut 3 aspek biologis melalaui pemilihan
varietas unggul, mekanis disesuaikan dengan jenis serangan OPT dan kimiawi
melalui penerapan pestisida yang ramah lingkungan.
·
Panen dan Paska Panen
Kehilangan hasil padi di lahan lebak cukup tinggi
yaitu mencapai 12,5%, diantaranya disebabkan oleh penentuan saat panen, cara
panen dan prosesing. Penentuan saat panen yang tepat adaah dengan mengethui
secara pati umur tanaman dan melihat tanda tanda fisik. Tanaman padi sebaiknya
dipanen pada saat telah memasuki fase masak fisiologis, yang ditandai dengan
bilir gabah tlah berisi penuh, keras, kulit berwarna kekuningan. Jika kondisi
demikian telah merata pada seluruh petak, walaupun daun kadang masih berwarna
hijau, maka panen talah bisa dilaksanakan. Pada fase masak fisiologis
persentase kerontokan gabah akibat kegiatan panden sedikit.
Selain penentuan saat panen yang tepat, penggunaan
alat juga sangat berpengaruh terhadap kehilangan hasil. Pemanenan sebaiknya
menggunakan sabit bergerigi karena dinilai lebih efektif dan dapat mengurangi
kerontokan gabah. Perontokan dapat digebuk sebaiknya menggunakan mesin
perontok. Perlu diperhatikan kecepatan putaran mesin. Pada putaran 500 – 600
rpm memberikan hasil yan baik.
Untuk mengetahui keberhasilan atau produktivitas
usaha tani dilakukan ubinan. Ubinan dilakukan di 3 tempat dalam Dem Area dan 2
tempat di luar Dem Area dengan pola menyebar. Dari hasil ubinan tersebut akan
diketahui hasil di areal Dem Area yang dibandingkan langsung dengan hasil di
luar Dem Area. Untuk mengetahui keberhasilan dari aspek ekonomis, dilakukan analisa
usaha
tani untuk mengetahui RC ratio dari hasil kegiatan Dem Area.
C. Kegiatan Pengembangan Lahan Lebak
1. Sosialisasi Program
Sosialisasi
ditujukan kepada para petani peserta replikasi dem area. Sosialisasi ini
bertujuan agar para petani calon peserta replikasi dem area memahami betul
maksud dan tujuan diselenggarakannya replikasi dem area, sehingga pada saatnya mereka
mampu melaksanakan kegiatan tersebut.
Untuk
mencapai keberhasilan kegiatan ini perlu pemantapan dan pertemuan koordiasi
antara Dinas Pertanian Kabupaten dengan instansi yang terkait dengan
pelaksanaan replikasi dem area.
2. Penentuan Calon Petani dan Calon Lokasi
Penetapan
calon petani peserta replikasi demontrasi area berdasarkan persyaratan sebagai
berikut:
·
Petani yang tergabung dalam
kelompok tani yang merupakan pemilik atau biasa mengelola di lahan yang
terpilih sebagai lokasi replikasi demontrasi area.
·
Sudah terbiasa mengelola
usahatani dan bersedia melaksanakan replikasi demontrasi area sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
·
Tanggap dan mampu menerapkan
paket anjuran yang akan diterapkan dalam kegiatan replikasi demontrasi area.
Sedangkan untuk penetapan
calon lokasi replikasi demontrasi area harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
·
Lokasi replikasi demontrasi
area bukan lahan demontrasi area awal.
·
Lokasi replikasi demontrasi
area ditetapkan oleh Dinas Pertanian dengan mempertimbangkan potensi
pengembangan yang dimiliki sebagai dasar untuk replikasi selanjutnya.
·
Lokasi tersebut merupakan lahan
lebak yang sudah biasa dikelola oleh petani dan ada sarana infra struktur
meskipun belum optimal atau memadai.
·
Lokasi cukup strategis, mudah
dijangkau dan diawasi atau dibina sehingga terjamin keberhasilannya.
3. Pembinaan dan Bimbingan Terhadap Petani dan Kelompok Tani
Pembinaan
dan bimbingan terhadap petani/kelompok tani peserta replikasi dem area
dilaksanakan sejak dari tahap persiapan sampai dengan tanam, paden dan pasca
panen yang dilakukan oleh konsultan kabupaten (DCT) serta Penyuluh Pertanian
Lapangan dengan bekerjasama dengan petugas yang terkait dan kepala desa.
Pembinaan ini bertujuan agar petani dan kelompok tani pelaksana replikasi dem
area lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan dem area sehingga
berhasil sesuai dengan yang diharapkan serta dapat memberikan dampak lebih luas
bagi masyarakat di areal sekitarnya.
Peningkatan
kapasitas kelembagaan sangat penting pada kegiatan replikasi demontrasi area,
karena kelompok tani tidak saja sebagai wadah berkumpulnya petani tetapi juga
sudah dikembangkan sebagai lembaga usaha bersama dimana kelompok tani sudah
mengelola dana sesuai dengan modal yang diberikan dalam bentuk saprodi dan
sarana usahatani lainnya. Kelompok tani sudah harus membukukan transaksi
keuangan dan pengurus melaksanakan pertanggungjawaban kepada anggota kelompok
secara periodik. Pada kelompok tani yang sudah mulai berkembang akan muncul
aktivitas baru berupa kegiatan keuangan mikro. Pada bagian ini diperlukan
adanya pendampingan yang cukup intensif dan oleh orang yang mengerti dan memahami aktifitas
keuangan mikro. Jika ini mulai berjalan maka hubungan program dapat
dikembangkan dengan kegiatan koperasi atau LKM yang ada di desa.
4. Revitalisasi Kelembagaan Pendukung
Lembaga
pendukung sistim usaha
tani dibedakan antara lembaga non bisnis dan bisnis. Lembaga pendukung non
bisnis antara lain Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan kelompok tani, yang
merupkaakan lembaga pendukung usahatani dalam pendamingan, penyampaian informsi
teknologi serta pengerahan partisipasi masyarakat. Lembaga bisnis pendukung
usahatani merupakan lembaga yang mencari keuntungan, oleh karena itu keberadaa
lembaga ini tergantung pada ada tidaknya kegiatan bisnis dan bekerjanya
mengikuti mekanisme pasar. Lembaga ini antara lain kios saprodi, usaha pelayana
jasa alsintan, usaha
pemasaran pertanian, lembagan penyedia permodalan dan lain-lain.
Jika
di tingkat kelompok tani sudah berkembang maka perlu dikaitkan dengan
kelembagaan lain yang menunjang. Kelembagaan penunjang tersebut antara lain
koperasi atau lembaga keuangan non bank dan lumbung desa. Lembaga keuangan akan
menunjang kegiatan usaha
tani sesudah kegiatan replikasi. Sedangkan lumbung desa sebagai penampung pada
saat panen.
Bangunan
lumbung desa telah dibangun oleh Pemerintah pada desa-desa yang menjadi sentra
produksi padi. Pemerintah perlu mendampingi pada saat awal pelaksanaan dan
membantu permodalan untuk membeli gabah hasil panen petani. Dengan adanya
lumbung desa ini diharapkan tidak terjadi harga yang anjlok pada saat panen
raya terjadi. Untuk selanjutnya di tingkat kabupaten lumbung desa ini perlu
dikoordinir dan difasilitasi dalam pemasaran oleh instansi yang terkait dengan
menhubungkan dengan pihak swasta.
Tabel
17. Rencana Pengembangan Kelembagaan Pendukung
Replikasi Lahan Lebak Tahun 2007 - 2011
No
|
Jenis Prasarana
|
Rencana Pengembangan (unit)
|
Jumlah
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
|||
1
|
Kelompok Tani
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
150
|
2
|
Koperasi dan Lumbung Desa
|
10
|
10
|
10
|
10
|
10
|
50
|
3
|
Kios
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
25
|
4
|
Pasar
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
5
|
Bank
|
-`
|
1
|
-
|
-
|
1
|
2
|
5. Rencana Pengadaan Sarana Produksi Pertanian
Untuk
mencapai produktivitas yang optimal, paket teknologi usahatani dem area
mengacru pada model usahatani
yang telah dilakukan demontrasi area. Komponen paket teknologi yang sangat
penting adalah pemupukan berimbang penggunaan benih bermutu (berlabel) dari
verietas yang memiliki produktivitas yang tinggi.
Pengadaan
sarana produksi untuk kegiatan replikasi demontrasi area meliputi pengadaan benih unggul berlabel biru, pengadaan
pupuk urea,
SP-36, KCl, Kapur, herbisida, pestisida, dan rodentisida. Jumlah kebutuhan
saprodi per hektar lahan untuk sementara disesuaikan dengan jumlah rekomendasi
yang diperoleh dari karakterisasi biofisik pada saat persiapan pelaksanaaan demontrasi
area. Jumlah ini belum tentu sama tiap lokasi tergantung dengan hasil
karakterisasi yang akan dilaksanakan pada saat replikasi akan dimulai.
Pendekatan sementara yang dapat dipakai adalah dengan menggunakan rerata dari
rekomendasi di ketiga lokasi demontrasi area, sebagaimana yang telah tertuang
dalam pembahasan sebelumnya.
Tabel
18. Rencana Pengadaan Saprodi Tahun 2007 - 2011
No
|
Jenis Agroinput
|
Satuan
|
Rencana Pengadaan (000)
|
Jumlah
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
||||
1
|
Benih
|
kg
|
15,0
|
15,0
|
15,0
|
15,0
|
15,0
|
75
|
2
|
Urea
|
kg
|
140,0
|
140,0
|
140,0
|
140,0
|
140,0
|
700
|
3
|
SP-36
|
kg
|
35,0
|
35,0
|
35,0
|
35,0
|
35,0
|
175
|
4
|
KCL
|
kg
|
50,0
|
50,0
|
50,0
|
50,0
|
50,0
|
250
|
5
|
Kapur
|
kg
|
1.500,0
|
1.500,0
|
1.500,0
|
1.500,0
|
1.500,0
|
7.500
|
6
|
Herbisida
|
liter
|
5,0
|
5,0
|
5,0
|
5,0
|
5,0
|
25
|
7
|
Rodentisida
|
kg
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
13
|
8
|
Pestisida
|
liter
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
5
|
Sebagaimana
yang tertuang pada Pedoman Umum pelaksanaan demontrasi area, bahwa sarana
produksi disediakan oleh petani. Sedangkan
droping dari proyek bersifat sebagai tambahan untuk memenuhi kekurangan. Pola
ini dilakukan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam melaksankan kegiatan
replikasi demontrasi area.
Tabel
19. Rencana Pengadaan Sarana Usahatani Tahun 2007
– 2011.
No
|
Jenis Sarana
|
Satuan
|
Rencana Pengadaan
|
Jumlah
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
||||
1
|
Hand Sprayer
|
unit
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
500
|
2
|
Traktor Tangan
|
unit
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
25
|
3
|
Perontok
|
unit
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
33
|
Pemberian
sarana produksi ini merupakan bantuan kepada kelompok tani yang dikembalikan
kepada pemerintah daerah. Pengembalian dana ini digunakan untuk biaya replikasi
pada tahun yang akan datang. Besarnya pengembalian ini diatur oleh Tim Teknis
Pengembangan Lahan Rawa Lebak Kabupaten
Mukomuko.
Sedangkan saprodi yang
diterima oleh petani merupakan pinjaman petani kepada kelompok, yang harus
dibayar ketika sudah panen atau sesuai dengan kesepakatan yang telah berlaku di
kelompok. Hasil pembayaran ini yang disetorkan kepada pemerintah daerah.
6. Rencana Pembangunan Prasarana Pertanian
Keberhasilan
pengelolaan lahan rawa lebak perlu didukung oleh prasarana air yang baik,
prasarana pendukung yang berkaitan erat dengan usahatani di lahan rawa lebak
antara lain jaringan irigasi tingkat usaha tani dan jalan usaha tani.
Model
pengairan yang baik di lahan rawa lebak akan menciptakan kondisi pengaturan
tata air yang baik. Sistim tata air yang baik dapat mengatur dan mengontrol
djebit air yang dibutuhkan oleh tanaman dan debit air yang harus dibuang dari
lahan pertanian. Hal ini berfungsi dengan baik bila pembuatan dan desain
jaringan tata air mikro sesuai dengan sifat dan karakteristik lahan setempat.
Beberapa
keradaan yang perlu dicermati dalam pembuatan sistim pengelolaan tata air di
lahan rawa lebak antara lain :
1.
lahan rawa tergenang di musim
hujan, kedalaman air bervariasi tergantung golongan lebak dangkal, menengah
atau dalam.
2.
cepat atau lambatnya air surut
pada permulaan musim kemarau, sangat tergantung pada dreainase alam yang ada.
3.
bila drainase alam terlalu
besar maka kurang baik untuk pertanian, karena belum selesai waktu tanam, air
dilahan pertanian sudah kering.
4.
bila drainase terlalu kecil
bagian tengah yang biasanya lebih dalam akan sangat terlambat sekali kesempatan
untuk ditanami.
Dari
kondisi tersebut, maka ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
1. drainase
alam dinormalkan saja.
2. drainase
alam diperpanjang lagi supaya air keruh dari sungai besar dapat dibawa lebih
jauh ke dalam daerah lebak supaya areal sawah dapat diperluas.
3. perlu
dibangun pintu air ditempat yang aman, yang berfungsi untuk menahan air di
dalam lebak agar tidak terlalu cepat kering pada awal musim kemarau dan untuk
menahan air sungai beras agar tidak masuk ke lahan sebelum petani selesai
panen.
4. akan
lebih baik bila dibuat tanggul keliling areal lebak agar air dapat dikendalikan
sepenuhnya, selain itu tanggul berfungsi sebagai jalan usahatani.
Berdasarkan
gambaran diatas, pembangunan prasarana pertanian yang direncanakan adalah Tata
Air Mikro yaitu pembangunan atau saluran di tingkat usaha tani, saluran tersier dan
saluran pembuang.
Tabel
20. Rencana Pengembangan Prasarana Pertanian dari
Tahun 2007 – 2011
No
|
Jenis Prasarana
|
Satuan
|
Rencana Pengembangan (m/Ha/unit)
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
|||
1
|
Saluran Tingkat Usahatani
|
m
|
6.000
|
6.000
|
6.000
|
6.000
|
6.000
|
2
|
Saluran Tersier
|
m
|
1.500
|
1.500
|
1.500
|
1.500
|
1.500
|
3
|
Saluran Pembuang
|
m
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
4
|
Jalan Usahatani
|
m
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
5
|
Embung/Tabat
|
unit
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Saran Untuk Dibaca:
Penyuluhan berorientasi Petani
Penyuluhan berorientasi Petani
V. PRAKIRAAN DAMPAK
Dampak
yang terjadi secara langsung akan dirasakan melalui kegiatan ini adalah
peningkatan areal sawah pada lahan lebak yang akan diikuti dengan peningkatan
produksi. Perkiraan perkembangan luas lahan dengan pendekatan adopsi petani
yang menyebar di sekitar lahan demontrasi area yang diikuti dengan adopsi di
sekitar lahan replikasi dengan asumsi IP 200 dapat digambakan pada tabel
berikut ini.
Tabel
21. Perkiraan dampak Luas lahan dan Produksi Padi
Replikasi Demontras Area Tahun 2007 – 2011
Uraian
|
Pengembangan
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Lahan replikasi Dem Area (Ha)
|
500
|
500
|
500
|
500
|
500
|
Luas lahan replikasi komulatif
(Ha)
|
686
|
1.351
|
2.175
|
3.197
|
4.464
|
Jumlah luas lahan replikasi (Ha)
|
165
|
324
|
522
|
767
|
1.071
|
Jumlah Dampak Luas Lahan (Ha)
|
851
|
1.675
|
2.697
|
3.964
|
5.535
|
Perkiraan Produksi (ton)
|
3.828
|
7.537
|
12.135
|
17.838
|
24.909
|
Di Tahun
2006 dilakukan kegiatan demontrasi area yang memberikan dampak pengganda luasan
lahan pada pada daerah sekitarnya seluas 36 Ha. Luas lahan padi sawah ini juga
mempengaruhi penyebaran informasi untuk kegiatan berikutnya sehingga memberikan
dampak luas lahan secara komulatif di tahun 2007 menjadi 686 ha dengan luas
replikasi pada tahun tersebut 165 ha. Sehingga luas tanam pada tahun tersebut
mencapai 851 ha. Dampak pengganda juga terjadi untuk tahun selanjutnya yang
menyebar secara adoptif ke daerah sekitarnya replikasi demontrasi area.
Dampak
yang paling penting adalah peningkatan produktivitas, jika diasumsikan bahwa
produktivitas lahan 4,5 ton per ha[1], bahwa untuk
dilahan lebak saya di tahun 2007 telah menghasilkan padi sebanyak 3.828 ton. Ditahun 2008 produksi mencapai 7.537 ton, sebuah jumlah produksi seluruh
padi sawah se Kabupaten Mukomuko di tahun 2004. Untuk tahun berikutnya angka
produksi padi total kabupaten sudah disampai dengan produksi dari lahan lebak
saja. Sehingga di tahun ini benar-benar swasembada beras dapat diwujudkan.
Dampak
lain adalah dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Berdasarkan hasil
analisa sosial ekonomi pada saat karakterisasi tahun 2005 diperoleh curahan
tenaga kerja untuk satu musim tanam (sekitar 3 - 4 bulan) dibutuhkan tenaga 171
HOK per Ha. Jika direratakan dalam sebulan membutuhkan curahan tenaga kerja
sebanyak 42 HOK per Ha.
Tabel
22. Perkiraan dampak Serapan Tenaga Kerja pada Replikasi Demontras Area Tahun 2007 –
2011
Uraian
|
Pengembangan
|
||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
|
Jumlah Dampak Luas Lahan (Ha)
|
851
|
1.675
|
2.697
|
3.964
|
5.535
|
Serapan HOK
|
290.919
|
572.779
|
922.286
|
1.355.675
|
1.893.077
|
Jumlah Orang Kerja
|
1.212
|
2.387
|
3.843
|
5.649
|
7.888
|
Secara
langsung kegiatan replikasi demontrasi
area ini telah membuka lapangan pekerjaan kepada 1.212 orang di tahun 2007 dan lebih dari 7 ribu
orang orang di tahun 2011. Lapangan kerja baru juga akan bermunculan baik dari
sisi usaha penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian ataupun dar sisi
penjualan hasil pertanian.
[1] Ubinan dari loksi demontrasi area belum dapat
diambil, karena pada saat penulisan proposal replikasi demontrasi area ini belu
panen. Angka yang digunakan adalah angka produktivitas lahan pada saat
dilakukan karakterisasi yang diperoleh angka 4,5 – 6 ton per hektar.
0 Komentar
Terima kasih telah mengunjungi blog ini. Silahkan masukkan komentar anda