Hasil Pemantauan Kulitas Udara di Jalan Tol Ngawi Kertosono Paket 1 Bulan September 2016

Diskusi Bersma RE Pake 1 Tol Ngawi Kertosono
Berikut ini disampaikan hasil penelitian sederhana pada kegiatan pemantauan lingkungan jalan Tol Ngawi Kertosono Paket 1 yang berada pada 3 kabupaten yaitu di Kabupaten Ngawi, Magetan dan Madiun. Pemantauan ini merupakan periode ke 2 atau semester ke 2 yang dilaksanakan pada bulan September  2016.

Penyajian hasil ini dimaksudkan untuk berbagi informasi tentang hasil pengelolaan lingkungan pada kegiatan konstruksi yang telah saya lakukan beberawa waktu yang lalu. Semoga dapat bermanfaat.

1. Desa Mlarik Kecamatan Geneng

Penentuan lokasi pengamatan kualitas udara ambient bulan pada saat konstruksi bulan September 2016 di Desa Mlarik Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi STA 98+200  pada posisi Ordinat  S07°30’28,3”  dan E 111°27’57,96” hasilnya dilaporkan sebagai berikut :



No.
Paramater
Satuan
Hasil Pengamatan
Baku Mutu*
Maret 2016
September 2016

A
Fisika :





1
Suhu Ambient
°C
32,8
32,3

-
2
Kelembaban
%
64,32
55

-
3
Tekanan Barometer
mmHg
752,65
-

-
4
Cuaca
-
-
-

-
5
Kecepatan Angin
m/dt
1,32
0,11-1,41

-
6
Arah Angin
-
Barat
Utara ke selatan

-
7
Kebisingan
dB A
67,38
61,8

60
B
Kimia :





7
SO
µg/Nm³
<17,5
2,616

262
8
NO
µg/Nm³
11,03
156,56

92,5
9
O
µg/Nm³
< 15,61
-

200
10
HS
Ppm
<0,001
0,001

0,03
11
NH
Ppm
<0,025
0,012

2,0
12
TSP (debu)
µg/Nm³
271,4
33,0

260
13
Pb (timbal hitam)
µg/Nm³
0,08
-

0,06
14
CO
µg/Nm³
<1,145
-

22,600


Berdasarkan data pengamatan parameter fisik kualitas udara ambient di Lokasi pemukiman Desa Mlarik dekat dengan pabrik beton (batching plant), mengalami perubahan tidak terlalu signifikan. Suhu udara pada pemantauan bulan Maret 2016 dan pada bulan Sepetmber 2016 tidak mengalami perubahan yaitu 32 °C. Kelembaban udara mengalami penurunan dari 64 menjadi  55%, tekanan udara antara 752,65mmHg  pada bulan September parameter tersebut tidak diamati. Cuaca cenderung berubah menjadi berawan pada bulan September 2016. Kecepatan angin meningkat 6 km/jam dan arah angin bulan Oktober 2015 ke arah selatan berubah kearah utara pada bulan Mei 2016.

Pemngambilan Sample Udara Ambien
Hasil pengujian parameter SO2 pada tahap konstruksi sebagaimana laporan tahap 1 tahun 2009 sebesar kurang dari 17,5 µg/Nm³, pengujian pada September 2016 diperoleh 2,616 µg/Nm³, dimana keduanya masih dibawah baku mutu. Kedua angka ini tidak dapat diperbandingkan meskipun dengan satuan yang sama, disebabkan pada pengujian kedua bulan September masih pada range hasil pengujian pertama, sehingga tidak dapat disimpulkan apakah terjadi penurunan. Hal ini dikarenakan kapasitas alat yang dipergunakan lab untuk mengukur SO2 pada pengujian pertama tidak mampu untuk mengukur nilai dibawah 17,5 µg/Nm³. Unsur SO2 berubah  disebabkan karena adanya aktivitas operasi kendaraan jalan tol yang sangat intensif di lokasi tersebut. Sumber yang menyebabkan peningkatan unsur SO2 ialah operasi kendaraan truk, alat berat dan mesin disesel. Namun demikian peningkatan unsur SO2 di udara masih dibawah baku mutu (1 jam=262 μg/Nm3 atau 24 Jam=365 μg/Nm atau 1 tahun=60 μg/Nm3). 

Hasil pengujian parameter NO2  pada tahap konstruksi pada bulan September 2016 diperolah 156,56 µg/Nm³. Jumlah ini mengalami peningkatan yang cukup besar, bahkah melebihi baku mutu yang diperkenankan yaitu 92,5 µg/Nm³. Pengujian pada bulan Maret 2016 sebesar 11,03 µg/Nm³ , Peningkatan jumlah NO2 ini diakibatkan oleh adanya aktifitas pembakaran yang berasal dari kendaraan bermotor, mesin disel dan genset yang digunakan di lingkungan kegiatan pembangunan jalan tol. Peningkatan NO2 menyebabkan kualitas udara menurun.

Sama dengan arti hasil pengukuran parameter SO2 dan NO2 diatas, Pengujian paremeter lainyya yang dilakukan yaitu H2S, NH3, CO secara periodik setiap enam bulan sekali, termasuk uji parameter O3 di lokasi yang sama, juga menunjukkan  tidak ada dampak yang nyata, dimana dampak perubahan kualitas masih memenuhi ketentuan atau peraturan yang berlaku.

Ditegaskan bahwa dampak pencemaran udara yang nyata hanya bersumber dari unsur Debu (TSP), yaitu sebesar  1337,2 melebihi baku mutu dan dinilai tidak sesuai ketentuan PP No. 41/1999 Tentang Baku Mutu Udara Ambient dan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 Tahun 2009 tentang Baku mutu ambient.

Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel diatas, parameter Pb (Timbal), TSP (debu), serta kebisingan di lokasi pengamatan menunjukkan adanya dampak peningkatan nyata. Sumber penyebabnya adalah faktor alamiah dan semakin meningkatnya kegiatan konstruksi. Sebagaimana diketahui bahwa  unsur Pb tersebut timbul karena adanya gas buang kendaraan dan alat berat serta mesin diesel yang berada di sekitar lokasi sampling. Sedangkan pencemaran Debu berasal dari operasi dump truk pengangkut material yang melintas dengan kecepatan tinggi.

Berdasarkan pengamatan visual di lapangan, Dampak nyata Debu (TSP) karena gesekan ban mobil truk pada permukaan tanah kering dengan kecepatan lebih dari 20 Km/jam dan operasi mesin produksi beton di Desa Sumberejo. Partikel debu beterbangan manakali dump truk melintas dan proses pencampuran bahan semen yang dituangkan dalam tabung di Batching plant.

Dampak bising suara kendaraaan terasa nyata sejak awal sebelum konstruksi yaitu 60,87* dBA pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 65,52 dBA pada awal konstruksi bulan Oktober 2015. Suara bising melebihi baku mutu yang ditentukan.  Hal ini menunjukkan bahwa sumber penyebab kebisingan bukan saja disebabkan oleh semakin meningkatnya aktivitas kendaraan dan mesin saat konstruksi, namun juga karena faktor bising kendaraan publik yang melintas.

Atas kondisi tersebut menyebabkan adanya gangguan kebisingan sehingga beberapa responden yang ditemui menyatakan terganggu.  Berdasarkan temuan tersebut sejak bulan Nopember 2015 hingga bulan Mei 2016 telah dilakukan upaya pengendalian dampak kebisingan dengan cara membuat peringatan kepada kontraktor, terutama pengemudi kendaraan agar membatasi kecepatan maksimal 20 Km/jam saat melintas di jalan dekat pemukiman. Selain itu memberlakukan ijin kerja bila akan bekerja dengan alat dan truk pada malam hari. Tindakan tersebut dinilai efektiof karena hasil pengururan tingkat kebisingan turun menjadi 54,86 dBA pada bulan Mei 2016.


2. Desa Gunungan Kartoharjo

Lokasi pengamatan kualitas udara ambient bulan pada saat konstruksi bulan Maret dan September 2016 di Desa Gunungan Kecamatan Kartoharjo Kabupaten Magetan, kegiatan kontruksi Underpass dekat pemukiman pada posisi koordinat  S07°31’52,1,6”  dan E111°28’50,7”  dan pada S07°31’53,1”  dan E 111°58’52,7” bertepatan dengan STA101+450 terdapat kegiatan pekerjaan struktur underpass yaitu pengecoran dan penimbunan, hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :


No.
Paramater
Satuan
Kualitas Udara
Baku Mutu*
Maret 2016
September 2016

A
Fisika :





1
Suhu Ambient
°C
34,5
34,7

-
2
Kelembaban
%
48,68
60

-
3
Tekanan Barometer
mmHg
752,27
-

-
4
Cuaca
-
-
-

-
5
Kecepatan Angin
m/dt
1,08
0,31-0,72

-
6
Arah Angin
-
Timur
U ke S

-
7
Kebisingan
dB A
63,45
79,4

60
B
Kimia :





7
SO
µg/Nm³
< 17,15
2,61

262
8
NO
µg/Nm³
13,82
89,92

92,5
9
O
µg/Nm³
< 15,61
-

200
10
HS
Ppm
0,001
0,02

0,03
11
NH
Ppm
<0,025
0,014

2,0
12
TSP (debu)
µg/Nm³
101,95
19,0

260
13
Pb (timbal hitam)
µg/Nm³
-
-

2
14
CO
µg/Nm³
<1,145
-

22,600


Hasil pengukuran unsur SO₂, NO₂, O₃, H₂S, NH₃ dan CO secara periodik di Desa Sidorejo tampak bahwa kondisi udara ambient masih dibawah baku mutu yang ditentukan. Namun tingkat kebisingan mengalami peningkatan  hingga 70,75 dBA melebihi baku mutu  (60 dBA) sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Guberbur Jawa Timur No.10 Tahun 2009. Artinya kegiatan konstruksi menyebabkan peningkatan bising suara daan dapat mempengaruhi indra pendengaran pekerja.  

Hasil analisis data hasil pengukuran debu dilaporkan di Desa Sidorejo sebesar 1.673,9 µg/Nm³, melebihi baku mutu (260 µg/Nm³). Artinya terjadi  pencemaran udara oleh partikel debu. Sumber penyebab pencemaran adalah operasi truk yang lalu lalang di atas permukaan tanah kering berdebu saat pekerjaan penimbunan badan jalan.

Beradasarkan pengamatan lapangan, pada ketinggian 104 dpl, arah angin bergerak kearah barat, sehingga debu yang berhamburan bergerak pula kearah barat, sehingga tidak menimbulan ganggguan kepada pekerja dan masyarakat sebab area sebelah barat merupakan area terbuka dan tidak ada penduduk bermukim. Sifat pencemaran debu di udara dapat dikatakan sementara, sebab hanya terjadi beberapa saat tidak lebih dari 15 menit.


3. Desa Sawahan Kecamatan Sawahan

Lokasi pengamatan kualitas udara ambient bulan pada saat konstruksi bulan Maret dan September 2016 di Desa Sawahan Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun, kegiatan konstruksi dekat pemukiman pada posisi koordinat  S07°33’01,3”  dan E111°32’07,2”  dan di pertigaan Dumpil pada koordinat S07°33’25,72”  dan E111°33’7,2” bertepatan dengan STA109+200 terdapat kegiatan penimbunan, hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :


No.
Paramater
Satuan
Kualitas Udara
Baku Mutu*
Maret 2016
September 2016

A
Fisika :





1
Suhu Ambient
°C
35,2
32,7

-
2
Kelembaban
%
40,4
65

-
3
Tekanan Barometer
mmHg
750,32
-

-
4
Cuaca
-
-
-

-
5
Kecepatan Angin
m/dt
1,35
0,19-0,54

-
6
Arah Angin
-
Barat
U - S

-
7
Kebisingan
dB A
50.11
84,4

60
B
Kimia :





8
SO
µg/Nm³
< 17,15
10,5

262
9
NO
µg/Nm³
12,51
50,36

92,5
10
O
µg/Nm³
< 15,61
-

200
11
HS
Ppm
<0,001
0,001

0,03
12
NH
Ppm
0,025
0,013

2,0
13
TSP (debu)
µg/Nm³
77,70
49,0

260
14
Pb (timbal hitam)
µg/Nm³
-
-

2
15
CO
µg/Nm³
< 1,145
-

22,600


Pengambilan sample udara di Simpang Tiga Bagi

Demikian hasil pemantauan udara ambien yang dapat disajikan. Harapan dapat menjadi bahan atau literatur bagi kegiatan penelitian lingkungan.

Posting Komentar

0 Komentar