Perilaku Membuang Sampah di Pinggir Jalan

Perilaku tersebut secara umum sudah diketahui sebagai perilaku yang buruk, akan tetapi sering ditemui.Orang yang sedang berkendara membuang sampah langsung ke jalan. Bisajadi di dalam mobil sudah disediakan tempat sampah yang akan dibuangpada tempat sampah lain pada saat berhenti atau sampai tujuan. Begitujuga sering ditemui sampah yang dihasilkan dari rumah tangga dibuangdi pinggir jalan, seperti ketika musim jengkol, banyak dijumpaisampah kulit jengkol yang dibuang di pinggir jalan.




Membahas perilaku tersebut dapatdilihat dari berbagai aspek:

Merupakan kebiasaan.


Selama ini tinggaldi daerah perdesaan yang alamnya masih memiliki daya dukung untukmengurai sampah. Sehingga ketika berjalan dari rumah ke kebun, atauke tampat lain ketika menghasilkan sampah dapat langsung saja dilempar ke pinggir jalan. Hal ini tidak menjadikan masalah. Ketikakebiasaan ini di lakukan di perkotaan atau perdesaan yang telah padatpenduduknya akan menjadi masalah.



Kesalahan pola pikir.

Pemahaman hidupbersih ada yang kurang lengkap. Kebersihan tubuh, kebersihan rumahdan lingkungan yang difahami sebagai kebersihan sebatas areapemilikan saja. Pembatasnya adalah pada pagar rumah. Sementara padaareal umum dipandang tidak termasuk dalam pemahaman ini. Akibatnyasering dilihat adalah sampah ada dibuang di luar pagar, di sungai dandi jalan.



Pemahaman lainyang juga memberikan kesalahan pola pikir adalah “Buanglah SampahPada Tempatnya” yang memberikan dampak bahwa apabila telahmembuang sampah pada tempat pembuangan sampah maka kewajiban terhadapsampah telah selesai. Sehingga dapat kita lihat perilaku yang munculadalah dimana ada tumpukan sampah menjadi dianggap sebagai tempatpembuangan sampah. Jika sudah memasukkan ke kotak sampah makadianggap sudah selesai. Perilaku ini yang sudah di pahami secara umumberanggapan bahwa jika sampah sudah dibuang pada tempatnya akan adaorang lain (baik petugas mupun bukan) yang akan memperoses sampah tersebut.




Kurangnya kesadaran akan bahaya sampah.


Kesadaran initidak berbanding lurus dengan pengetahuan. Bukan berarti bahwa orangyang paham akan bahaya sampah memiliki kesadaran untuk tertib dalammembuang sampah. Sama halnya dengan orang yang tahu bahaya merokok,akan tetapi tidak mempengaruhi jumlah perokok. Bahkan dokterpun takjarang kita temui adalah perokok.



Kesadaran ini akanmuncul jika dapat dipahami secara mendalam baik dari kajian ilmupengetahuan, sosial dan juga kesalehan religius. Bahwa membuangsampah akan memberikan kontribusi bagi kerusakan yang akanmembahayakan orang lain. Bahwa membahayakan ini merupakan perilakuyang melanggar hukum dan juga berdosa.



Membangunkesadaran ini tidak mudah diperlukan adanya “paksaan” dan jugapembiasaan. Sebagai contoh di bandara orang akan berpikir danberhati-hati jika akan merokok atau membuang sampah, karena tempatnyamemang bersih dan ada petugas CS yang selalu membersihkan. Akanberbeda dengan di terminal bus dimana tempat yang tidak teratur,kurang bersih, sehingga orang membuang sampah sembarangan tidakberasa segan.

Kesimpulan


Untuk merubah kebiasaan menjadi sebuahkebiasaan yang berkesadaran terhadap sampah merupakan hal yang cukupsulit. Sehingga diperlukan susana yang memaksan untuk cukup sadar.Suasana sadar ini ditanamkan sejak dini, di rumah, di sekolah danditempat lain.



Akan ada baiknya jika ada slogan“Pengolahan Sampah pada Tempatnya” untuk sampah organik dan nonorganik. Bahwa sampah bukan dibuang akan tetapi diulah untuk lebihbermanfaat, sebagai tindak lanjut dari reduce dan recycle.

Posting Komentar

0 Komentar