KAJIAN IMPLEMENTASI PNPM LINGKUNGAN MANDIRI PERDESAAN DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

Oleh :
Anton Sutrisno, Satria Putra Utama, dan Wiryono

Government programs usually have good performance in project implementation period. The sustainability was often a problem. The purposes of this research were to know PNPM LMP success achieved accordance with indicator in Operational Technical Guidance of Program in Kabupaten Bengkulu Utara. The used methods for analysis were descriptive analysis, comparative analysis and Tobit Model regression analysis. The success indicator were community self effort, maintenance of asset, object quantity poor community group, village institutions involved. Assumed push factor the program successfully were technical aspect, social aspect and environment aspect.   Tobit Model Analysis result was show success of PNPM LMP in Kabupaten Bengkulu Utara supported by technical, social and environment aspect. Included technical aspect support were TPK’s education, KTD’s experience, seed and local material available and asisstance from LSM supporting. Social aspect support were included sum of poor household, community patisipation, sum of worker, and no conflict during implementation. Environment aspect supports were bed condition environment early and there were not damaged by animal husbandary.  

ٍKeyword: kajian, implementasi, pemberdayaan masyarakat.


PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2010), jumlah penduduk Kabupaten Bengkulu Utara adalah 256.358 orang, yang terdiri atas 131.829 laki-laki dan 124.529 perempuan. Kepadatan penduduk, membutuhkan sumberdaya yang sangat besar. Kebutuhan ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Sejak tahun 2010 di Kabupaten Bengkulu Utara menjadi sasaran program PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM LMP). Melalui PNPM LMP diharapkan akan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat perdesaan akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya alam  yang ada (Dirjen PMD, 2010).

Program pemerintah biasanya berjalan baik selama periode pelaksanaan proyek. Keberlanjutan sering menjadi permasalahan,  terutama sekali berkaitan dengan pemeliharaan dan pemanfaatannya. Pelaksanaan PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan lingkungan di tingkat desa. Kegiatan yang disepakati di masyarakat merupakan kegiatan berdasarkan pada potensi lokal. Akan tetapi pada proses tahapan program dalam penentuan prioritas kegiatan sering terpilih pogram yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang utama. Hal ini dapat disebabkan adanya keterbatasan pemahaman di tingkat pelaku baik di desa maupun di tingkat kecamatan, keterbatasan sumber dan informasi teknologi, seperti bibit dan sarana teknologi penunjang lainnya yang harus didatangkan dari luar desa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui pencapaian keberhasilan pelaksanaan PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan sesuai dengan indikator yang tertuang pada Petunjuk Teknis Operasional, yaitu swadaya masyarakat, kegiatan yang terpelihara, jumlah sasaran masyarakat miskin dan kelembagaan di desa yang ikut berpartisipasi.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Desember 2012. Lokasi penelitian ditentukan secara purposif pada tiga kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara  yaitu Kecamatan Lais, Putri Hijau dan Giri Mulya.

Pengumpulan Data

Sampel ditentukan secara purposif, yaitu pelaku yang terlibat langsung pada pelaksanaan kegiatan PNPM LMP di desa lokasi penelitian, yaitu personal yang berkecimpung langsung. Seperti Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan Kader Teknis Desa (KTD).  Besarnya sampel ditentukan menggunakan metode Slovin (Kuontur, 2003).

Data primer diperoleh melalui wawancara terarah dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun. FGD dilakukan di tingkat kecamatan terhadap pelaku yang dijadikan sebagai sampel atau responden. Apabila data yang didapat belum memadai maka dilanjutkan pengamatan lapangan ke tingkat desa.

Pengolahan data diawali dengan pengkodean atas jawaban kuesioner yang diberikan oleh responden. Pilihan jawaban atas pertanyaan kuesioner diberikan skor. Hasil tabulasi di verifikasi dan di rekap sesuai dengan kebutuhan analisis selanjutnya. Sebelum dilakukan perhitungan regresi Tobit Model data indikator keberhasilan diseragamkan sehingga memiliki bobot yang sama (Kountur, 2003).  Penyeragaman dilakukan dengan cara membagi data indikator terhadap target keberhasilan. Apabila melebihi target maka angka tertinggi tetap 1. Sedangkan angka yang mendekati 0 yaitu <=0,2 maka dijadikan angka 0.

Metode Analisis Data

Perhitungan regresi tobit model harus ada data yang tersensor, apabila pada variabel Y (indikator keberhasilan) tidak terdapat nilai 0, maka angka terendah menjadi 0 (sensor bawah). Pensensoran ini dilakukan hingga diperoleh persamaan yang maksimal. Pada penelitian ini sensor bawah tercapai pada angka 0,1 sehingga Y ≤ 0,1 = 0 dan sensor atas adalah 1 sehingga Y ≥ 1 = 1.

Analisis data yang digunakan adalah Analisis deskriptif, komparatif dan regresi Tobit Model. Analisis Deskriptif, digunakan untuk melakukan kajian indikator keberhasilan program yaitu swadaya masyarakat, kegiatan yang terpelihara, jumlah masyarakat miskin yang menjadi sasaran, dan kelembagaan yang terlibat kegiatan. Analisis Komparatif, digunakan untuk mengkaji implementasi PNPM LMP dengan petunjuk teknis, hasil evaluasi program secara internal dan hasil-hasil penelitian terdahulu. Analisis Regresi Tobit Model, dipergunakan untuk melihat pengaruh dari aspek teknis, sosial dan lingkungan terhdap indikator keberhasilan program PNPM LMP. Persamaan matematis adalah sebagai berikut:

Y1..4 =  a+
b12X12 + b13X13 + b14X14 + b14aX14a + b14bX14b + b16X16 + b17X17 +  b18X18 + b19X19 + b110X110 + b21X21+  b21aX21a +b21bX21b +b21cX21c +b23X23 +b23aX23a +b2X24 +b25X25+b26X26 +b27X27 +b28X28 +b31X31 +b32X32 +b33X33 +b34X34 +b35X35 +b36X36 + e
Keterangan :
Y1        = Swadaya Masyarakat
Y2        = Kegiatan terpelihara
Y3        = Jumlah Sasaran Kelompok Masyarakat Miskin
Y4        = Kelembagaan (pokmas, poktan, klp nelayan, dasa wisma dll,)
X12       = Jumlah Dana Kegiatan
X13       = Jumlah Kegiatan PNPM yang telah masuk ke desa
X14       = Pendidikan Pengurus TPK
X14a      = Pengalaman Pengurus TPK
X14b      = Pengalaman KTD
X16       = Ketersediaan Bibit/Material lokal
X17       = Ketersedaian tenaga ahli/Nara Sumber lokal
X18       = Dukungan dari LSM Pendamping
X19       = Dukungan dari Instansi Pemerintah terkait
X110      = Ketepatan Musim dengan Pelaksananaan
X21       = Jumlah Penduduk
X21a      = Kepala Keluarga
X21b      = KK Pemanfaat
X21c      = Rumah Tangga Miskin
X23       = Partisipasi Masyarakat
X23a      = Angkatan kerja
X24       = Pemanfaat Kegiatan
X25       = Manfaat Sosial Ekonomi
X26       = Konflik yang timbul selama kegiatan
X27       = Dukungan Pemerintah Desa dan BPD
X28       = Dukungan Adat (local wisdom)
X31       = Menjawab Masalah Lingkungan
X32       = Kondisi Lingkungan awal
X33       = Jarak rumah dengan lokasi kegiatan
X34       = Kepemilikan lahan
X35       = Gangguan hewan ternak
X36       = Gangguan Alam
e           = error
a          = intersep
b1..3      = koefisen regresi
Untuk melihat peranan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dilakukan uji perbandingan kemungkinan (log likelhood function). Hipotesis yang akan di uji:
H0 : b1= b2=b3= 0
H1 : Paling sedikit terdapat satu > 0

Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai χ2 (log likelihood ratio) dengan pada Tabel Distribusi Chi-kuadrat dengan taraf signifikan α. Bila nilai χ2 > χ2(df,α), maka Tolak H0 yang berarti bahwa variabel bebas yaitu aspek teknis, sosial dan lingkungan secara bersama-sama (serentak) berpengaruh signifikan terhadap indikator keberhasilan PNPM LMP.
Untuk melihat peranan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dilakukan uji signifikansi parameter parsial dengan menggunakan uji t. Hipotesis yang akan di uji:
H0 : βi = 0 (koefisien βi tidak signifikan secara statistik)
H1 : βi ≠ 0 (koefisien βi signifikan secara statistik)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Keberhasilan PNPM LMP

Terdapat empat indikator keberhasilan program yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu swadaya masyarakat, hasil kegiatan yang masih terpelihara, jumlah sasaran kelompok masyarakat miskin, dan keterlibatan kelembagaan yang ada di desa  dalam pelaksanaan kegiatan.
Terdapat empat kegiatan yang memiliki nilai swadaya lebih dari 15%. yaitu kegiatan Penghijauan Lingkungan Desa di Desa Wono Harjo Kecamatan Giri Mulya, Penghijauan Lingkungan Desa di Desa Karya Pelita, Penghijauan Daerah Aliran Sungai di Desa Suka Baru, dan Penghijauan Pantai di Desa Pasar Sebelat Kecamatan Putri Hijau. Besarnya swadaya yang dikeluarkan adalah untuk kegiatan pemeliharaan sampai dengan  penyerahan kepada Pemerintah Desa yang selanjutnya dikelola oleh Tim Pemelihara. Pemeliharaan ini menyangkut kegiatan penyulaman, perbaikan pagar yang rusak akibat gangguan ternak, dan lain-lain. Pada kegiatan penghijauan di lingkungan desa, penanaman di lingkungan dilakukan secara swadaya, dikoordinir per RW atau dusun, gotong royong.
Masyarakat masih beranggapan bahwa kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah adalah proyek, pelaksananya saja yang berubah, “pemborong” proyek tersebut sekarang adalah masyarakat desa yang terpilih sebagai TPK (Tim Pelaksana Kegiatan). Dampak yang timbul adalah naiknya nilai barang yang tadinya tidak dijual, bisa diambil begitu saja menjadi memiliki nilai yang cukup mahal. Hal yang sama juga dijumpai tim Evaluasi  dari PNPM Support Fasilities (PSF, 2011).
Terdapat kecenderungan asset yang bersifat bangunan fisik yang masih terpelihara. Aset yang bangunan non fisik kurang terpelihara. Terutama sekali asset yang bersifat hidup seperti tanaman. Kendala yang dihadapi adalah musim kemarau pada tahun 2011 yang cukup lama, sehingga banyak tanaman yang mati. Selain faktor iklim, ada juga faktor tidak diikutinya anjuran yang diberikan oleh tenaga teknis. Untuk tanaman tertentu harus diberikan pelindung, seperti manggis dan durian yang sangat peka dengan cahaya langsung.
Aset PNPM LMP yang masih terpelihara dengan baik yaitu lebih dari 75% adalah 14 kegiatan. Terdapat 3 bangunan penahan erosi berupa bronjong yang dikombinasi dengan penghijauan. Di Desa Giri Mulya 1 unit dan di Desa Tanjung Anom 2 Unit. Pengendalian erosi dengan memanfaatkan akar wangi (vetiver).
Ikut sertanya kelompok masyarakat miskin dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka pendek dapat memberikan manfaat mendapatkan sumber penghasilan baru. Mereka dapat ikut berpartisipasi sebagai tenaga kerja pada kegiatan penanaman, pemagaran dan pemeliharaan, terutama sekali kelompok wanita.
Terdapat 100% RTM yang ikut dalam kegiatan PNPM LMP, yaitu pada kegiatan pembangunan digester biogas, pemanfaatnya adalah RTM dan pekerjanya juga RTM, akan tetapi jumlahnya sedikit. Berbeda dengan kegiatan penghijauan yang merupakan kegiatan padat karya, membutuhkan tenaga banyak. Partisipasi RTM dalam bentuk tenaga dan waktu melalui hadirnya pada setiap tahapan perencanaan dan ikut berkerja dan bergotong royong pada saat pelaksanaan kegiatan. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian Yulianti (2012) pada PNPM Perkotaan yang melaporkan bahwa partisipasi masyarakat miskin sangat rendah, karena mereka harus mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka tidak dapat ikut berpatisipasi dalam kegiatan. Biasanya kelompok masyarakat miskin cenderung apatis dan pasif.
Terbentuknya lembaga baru atau ikut sertanya lembaga yang telah ada di desa dalam pelaksanaan kegiatan PNPM LMP menjadi keberhasilan program. Melembaganya kegiatan yang telah dibangun berarti telah memberikan manfaat bagi masyarakat desa dan akan tetap terpelihara kelestariannya. Akan lebih baik bila lembaga yang ikut adalah lembaga yang ada dan telah terbina dengan baik. Seperti kelompok tani, kelompok nelayan, karang taruna atau kelompok masyarakat lainnya. Keterlibatan kelembagaan dalam pelaksanaan kegiatan mencapai  65%.

Regresi Tobit Model

Hasil perhitungan Regresi Tobit model persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Perhitungan Regresi Tobit Model menghasilkan nilai log-likelihood (χ2) sebesar 49.2095 > χ2(1-0,05;27) tabel =40,1133. Maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel aspek teknis, aspek sosial dan aspek lingkungan secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan indikator keberhasilan.
Variabel aspek teknis yang memberikan pengaruh positif secara signifikan terhadap indikator keberhasilan program PNPM LMP (Y1..4) adalah: Pendidikan pengurus TPK (EY=0,3982), pengalaman Kader Teknis Desa (KTD) (EY=1,7435), ketersediaan bibit/material lokal (EY=0.3251), dukungan  dari   LSM  pedamping   (EY=0,4727). Variabel aspek teknis menghambat atau memberikan pengaruh negatif secara signifikan terhadap keberhasilan program adalah Jumlah dana kegiatan (EY=-0,7657), jumlah kegiatan PNPM yang telah masuk ke desa (EY=-0,2799), pengalaman pengurus TPK (EY=-1,9229), dukungan dari instansi pemerintah terkait (EY=-0,502), dan ketepatan musim dengan pelaksanaan kegiatan (EY=-1,1891).
Tabel 1. Hasil Regresi Tobit Model Keberhasilan Program PNPM LMP.

Variabel
Keterangan
Nilai
t Hitung
Sig
E (Y)
Y
Σ Y1 .. Y4





Constanta
1.1153
3.0881
**

X12
Jumlah Dana Kegiatan
-0.005538
-6.1167
**
-0.7657
X13
Jumlah Kegiatan PNPM yang masuk ke desa
-0.12073
-2.4186
**
-0.2799
X14
Pendidikan Pengurus TPK
0.07774
1.9491
*
0.3982
X14a
Pengalaman Pengurus TPK
-0.34386
-3.0665
**
-1.9229
X14b
Pengalaman KTD
0.31958
3.0509
**
1.7435
X16
Ketersediaan Bibit/Material lokal
0.057897
2.7949
**
0.3251
X17
Ketersedaian tenaga ahli/Nara Sumber lokal
0.017065
0.85065
ns
0.0997
X18
Dukungan dari LSM Pendamping
0.13773
4.509
**
0.4727
X19
Dukungan dari Instansi Pemerintah terkait
-0.15336
-5.4999
**
-0.502
X110
Ketepatan Musim dengan Pelaksananaan
-0.29721
-4.3999
**
-1.1891
X21
Jumlah Penduduk
-0.000053
-0.46896
ns
-0.0439
X21a
Kepala Keluarga
-0.054423
-1.6633
ns
-0.0792
X21b
KK Pemanfaat
0.0020271
5.6761
**
0.3611
X21c
Rumah Tangga Miskin
0.0003314
2.5647
**
0.194
X23
Partisipasi Masyarakat
0.0057698
4.9542
**
0.4806
X23a
Angkatan kerja
-0.0004302
-3.3232
**
-0.2164
X24
Pemanfaat Kegiatan
-0.023174
-1.0479
ns
-0.1438
X25
Manfaat Sosial Ekonomi
0.15207
4.1728
**
0.7467
X26
Konflik yang timbul selama kegiatan
-0.098075
-0.86469
ns
-0.5261
X27
Dukungan Pemerintah Desa dan BPD
0.024731
0.95425
ns
0.0989
X28
Dukungan Adat (local wisdom)
-0.000053
-0.46896
ns
-0.0439
X31
Menjawab Masalah Lingkungan
0.011955
0.54168
ns
0.0348
X32
Kondisi Lingkungan awal
0.074505
3.8152
**
0.2473
X33
Jarak rumah dengan lokasi kegiatan
-0.036655
-1.2361
ns
-0.225
X34
Kepemilikan lahan
0.043685
1.3652
ns
0.1609
X35
Gangguan hewan ternak
-0.095433
-3.8263
**
-0.5467
X36
Gangguan Alam
0.0098069
0.45913
ns
0.049
Log - likelihood Function
49.2095

**

MSE(Mean Square Error
0.003943



Catt:
t tabel (5%)
2.0518




t tabel (10%)
1.7033




χ tabel (5%)
40.1133




χ tabel (10%)
36.7412




Pendidikan pengurus memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan dengan elastisitas 39,8%. Pekerjaan pengurus dalam pengelolaan administrasi dan keuangan yang baik memperlancar proses baik pencairan dana mupun pertanggunggjawaban pekerjaan pada saat Musyawarah Desa Pertanggungjawaban.
Pengalaman pengurus berpengaruh negatif terhadap keberhasilan program. Secara teroritis diharapkan pengalaman memberikan pengaruh positif. Berdasarkan jawaban reponden pengurus yang berpengalaman cukup sebanyak 40%, kurang berpengalaman 32,5%, belum berpengalaman 22,5% dan 5 % tidak berpengalaman.
KTD (Kader Teknis Desa) memeliki peran yang sangat signifikan. Terdapat 40% responden yang menyatakan KTD memiliki pengalaman dan yang belum berpengalaman ada 25%. KTD memimpin langsung pelaksanaan kegiatan dari persiapan lahan hingga pemeliharaan. KTD mengatur tahapan pelaksanaan kegiatan.
Hasil perhitungan Elastisits (EY) pada variabel ketersediaan bibit / material lokal memperoleh 0.3251 yang berarti bahwa ketersediaan bibit dan material lokal memberikan peningkatan yang positif terhadap keberhasilan program secara keseluruhan 32,51%. Semakin banyak tersedia bibit atau material lokal maka akan semakin berhasil kegiatan PNPM dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan persyaratan awal dari munculnya usulan kegiatan yang diajukan oleh desa harus berdasarkan potensi yang ada. Dengan tersedianya bibit atau material lokal akan memudahkan masyarakat melakukan pemeliharaan, sehingga keberlanjutan hasil tetap lestari.
Dukungan dari LSM  pendamping  memberikan pengaruh positif yang signifikan.  Intensitas pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan. Pendampingan difokuskan pada kegiatan yang membutuhkan keahlian khusus. Dukungan program terhadap LSM Pendamping cukup tinggi, dengan penerbitan manual dan pelatihan-pelatihan terhadap para pelaku PNPM LMP (Wijayanto dkk., 2011).
Keberhasilan PNPM LMP (Y1..4) didorong secara  signifikan   oleh variabel aspek sosial sebagai berikut:  jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) (EY=0,3611), partisipasi masyarakat (EY=0,194), jumlah angkatan kerja yang terserap (EY = 0,4806), tidak adanya konflik yang timbul selama kegiatan (EY=0,7467). Sedangkan variabel aspek sosial yang memberikan pengaruh negatif secara signifikan adalah jumlah pemanfaat kegiatan (EY =-0.2164).
Pemanfaat bernilai negatif karena pada kegiatan yang berhasil  kebanyakan kegiatan yang pemanfaatnya bersifat individu atau kelompok kecil, sedangkan pada pemanfaat yang besar, seperti kegiatan penghijauan pemanfaatnya banyak. Resiko gagalnya kegiatan cukup besar. Pada kegiatan yang bersifat individu ini pemanfaat akan merasakan secara langsung manfaat program.
Rata-rata rumah tangga miskin yang  menjadi sasaran kegiatan sebayak 49%. Sasaran RTM terbanyak pada  kegiatan penghijauan, sedangkan sasaran  RTM tersedikit adalah  pada  kegiatan  pembuatan digester biogas. Pada kegiatan penghijauan lingkugan selain menjadi  sasaran lagsung sebagai penerima manfaat, RTM juga mejadi pekerja.
Partisipasi masyarakat memberikan pegaruh yang positif secara signifikan terhadap  keberhasilan program. Hal ini adalah ciri khas PNPM sebagai program partisipatif (Triantara, 2011 dan Surya 2011). Elastisitas variabel partisipasi cukup kecil yaitu 0,94. Dari hasil diskusi diperoleh bahwa ada kejenuhan masyarakat untuk berpartisipasi pada kegiatan PNPM. Proses kegiatannya dinilai cukup rumit. Kegiatan PNPM  terlalu banyak rapat dengan persyaratan yang kehadiran cukup tinggi hal yang sama juga dilaporkan oleh Sufianto dkk. (2009) dan Supriyadi (2010). Bagi daerah-daerah tertentu untuk mengumpulkan orang menghadiri rapat cukup sulit.Partisipasi masyarakat dapat berupa kehadiran dalam musyawarah, gotong-royong pada pelaksanaan kegiatan. Jika dihitung berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK) partisipasi masyarakat rata-rata per kegiatan sebesar 321,8 HOK. Perhitungan ini tidak memisahkan partisipasi perempuan dan laki-laki. Partisipasi perempuan dalam penyediaan konsumsi tidak dihitung.
Jumlah angkatan kerja memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan PNPM LMP. Elastisitasnya sebesar 0.4806. Jika dihitung berdasarkan sampel yang diambil, rata-rata angkatan kerja yang terserap per kegiatan sebanyak 45,8 orang. Jika ditotal angkatan kerja yang terserap dari keseluruhan sampel adalah 1.832 orang selama kurun waktu 3 tahun. Program ini telah menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat desa yang cukup besar.
Konflik di desa memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Biasanya konflik ini muncul karena pengurus TPK kurang transparan. Akan tetapi ada juga faktor lain, yaitu kurangnya pemahaman dan kesadaran warga desa akan pentingnya program. Sosialisasi yang efektif adalah dilakukan oleh masyarakat sendiri, tetapi butuh proses yang lama (Siregar, 2001).
Indikator keberhasilan program PNPM LMP secara keseluruhan (Y1..4) dipengaruhi secara positif oleh variabel aspek lingkungan sebagai berikut: kondisi lingkungan awal (EY = 0.4376),  dan tidak adanya gangguan ternak (EY = 0.9747). Sedangkan yang menghambat keberhasilan program adalah kegiatan yang dilaksanakan menjawab masalah lingkungan yang ada (EY = -0.3459)
Kondisi lingkungan awal yaitu menggambarkan kerugian yang diterima oleh masyarakat. Kondisi lingkungan awal yang sudah sangat merugikan akan berpengaruh semakin besar keberhasilan yang akan dicapai program. Diharapkan dengan dibangunnya kegiatan tersebut melalui PNPM LMP tidak ada lagi kerugian masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.
Gangguan hewan ternak menunjukkan angka elastisitas 54,67%. Gangguan hewan ternak ini menjadi keluhan dan juga alasan ketidakberhasilan kegiatan. Antisipasi telah dilakukan setiap kegiatan dialokasikan dana untuk pemagaran, akan tetapi hewan ternak yang bekeliaran tetap merusak pagar tersebut.
Pada variabel kegiatan yang dilaksanakan menjawab masalah lingkungan, memberikan pengaruh tidak signifikan yang positif, karena semakin dapat diatasinya masalah lingkungan yang ada maka akan berhasil. Terdapat kesesuaian hasil penelitian ini dengan fakta di lapangan. Pada daerah yang permasalahan lingkungannya cukup kritis seperti ancaman abrasi pantai dan erosi aliran sungai. Kondisi ini terjadi pada Desa Pal 30, Pasar Lais, Dusun Raja, Air Padang, Talang Rasau, dan Taba Baru di Kecamatan Lais.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut:  Pelaksanaan PNPM LMP di Kabupaten Bengkulu Utara belum efektif  didukung oleh aspek teknis, sosial dan lingkungan. Dukungan aspek teknis meliputi: pendidikan pengurus TPK, pengalaman KTD, ketersediaan bibit/material lokal, dan dukungan dari LSM pendamping. Dukungan aspek sosial meliputi: jumlah rumah tangga miskin (RTM), partisipasi masyarakat, jumlah angkatan kerja yang terserap, dan tidak adanya konflik yang timbul selama pelaksanaan kegiatan.  Dukungan aspek lingkungan meliputi: kondisi lingkungan awal, dan tidak adanya gangguan hewan ternak.

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2010, Hasil Sesus Penduduk 2010 Kabupaten Bengkulu Utara Angka Sementara, http://bengkulu.bps.go.id
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010. Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP). Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Jakarta.
Kountur, R. 2003 Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Penerbit PPM, Jakarta.
PSF (PNPM Support Fasilities), 2011. Green PNPM Evaluation Of Sub-Project Implementation Quality, Mei 2011 (tidak dipublikasikan)
Wijayanto, A., A. A. Digdo, E. H. Wahyono, I. Hilman, N. Sudarno, dan N. Silvana, 2011. Seni Memfasilitasi Masyarakat,  Direktorat Jenderal Pembadayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta.
Samandawai, S. 2001. Mikung : Bertahan dalam Himpitan, Kajian Masyarakat Marjinal di Tasik Malaya, Yayasan Akatiga. Bandung.
Scott, J.C. 2000. Senjatannya Orang-orang Yang Kalah Bentuk-bentuk Perlawanan Sehari-hari kaum tani. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Siregar, B. B. 2001. Menelusurai Jejak Ketertinggalan Merjut Kerukunan Melintasi Krisis, Pusat P3R YAE. Bogor.
Sofianto, A., A. F.Y. Afif, H Aratri, C. Phrita, E. Nugroho, A. Handayani, dan T. Risandewi. 2009. Kajian Kapasitas Dan Keberlanjutan Kelembagaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Perdesaan Dan Pengelolaan Keuangan Di Unit Pengelola Kecamatan (UPK) (Studi Kasus Di Kabupaten Temanggung dan Demak), Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009: 201 – 212.
Supriyadi, 2010. Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Pangkoh Sari Kecamatan Pande Batu Kabupaten Pulang Pisau, Jurnal Ekonomi Akuntansi, Volume 11 Nomor 2, Oktober 2011 : 152 – 162.
Surya, S. 2011. Analisis Kinerja Dana Bergulir PNPM Mandiri di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang, Jurnal Administrasi Bisnis (2011), Vol.7, No.2: hal. 101–117, (ISSN:0216–1249).
Triantara, A. 2011. Membangun Bangsa Dengan Cahaya dan Cinta. CV Diantika Utama Abadi, Jakarta.
Yulianti, Y. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok, Artikel, Program Pasca Sarjana Universitas Andalas, Padang, tidak dipublikasikan.

Posting Komentar

0 Komentar