Oleh
:
Anton
Sutrisno, Satria Putra Utama, dan Wiryono
Government programs usually have good performance in project implementation period. The sustainability was often a problem. The purposes of this research were to know PNPM
LMP success achieved accordance with indicator in Operational Technical Guidance
and to know implementation effectiveness of programs in
Kabupaten Bengkulu Utara. The used methods for analysis were descriptive
analysis and comparative analysis. The effectiveness
test of PNPM LMP was used descriptive
statistic with Chi Square test. The success indicator were community
self effort, maintenance of asset, object quantity poor community group, village
institutions involved. PNPM LMP implementation in Kabupaten Bengkulu Utara
appeared not successfully effective by achieved indicator self effort community
are 10%, maintenance of asset
are 35%, sum of poor
community object are 85%, and
village institution growing or involved are 65%.
ٍKeyword:
kajian, implementasi, pemberdayaan masyarakat, PNPM LMP
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (BPS,
2010), jumlah penduduk Kabupaten Bengkulu Utara adalah 256.358 orang, yang
terdiri atas 131.829 laki-laki dan 124.529 perempuan. Kepadatan penduduk,
membutuhkan sumberdaya yang sangat besar. Kebutuhan ini akan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Sejak tahun 2010 di Kabupaten Bengkulu Utara menjadi sasaran
program PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM LMP). Melalui PNPM LMP diharapkan
akan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat perdesaan akan pentingnya
pelestarian lingkungan hidup dan
sumberdaya alam yang
ada (Dirjen PMD, 2010).
Program
pemerintah biasanya berjalan baik selama periode pelaksanaan proyek.
Keberlanjutan sering menjadi permasalahan, terutama sekali berkaitan dengan
pemeliharaan dan pemanfaatannya. Pelaksanaan PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan
diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan lingkungan di tingkat desa.
Kegiatan yang disepakati di masyarakat merupakan kegiatan berdasarkan pada
potensi lokal. Akan tetapi pada proses tahapan program dalam penentuan
prioritas kegiatan sering terpilih pogram yang tidak sesuai dengan kebutuhan
atau permasalahan yang utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui efektifitas pelaksanaan
program PNPM LMP di Kabupaten Bengkulu Utara.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian
dilaksanakan pada bulan September – Desember 2012. Lokasi penelitian ditentukan
secara purposif pada tiga kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara yang menjadi sasaran pilot proyek PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan pada tahun 2010
- 2012. Kecamatan Lais, Kecamatan Putri Hijau dan Kecamatan Giri Mulya.
Pengambilan Data
Sampel ditentukan
secara purposif, yaitu pelaku yang terlibat langsung pada pelaksanaan kegiatan
PNPM LMP di desa lokasi penelitian, yaitu personal yang berkecimpung langsung
baik sedang menjabat maupun mantan. Seperti Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan Kader Teknis Desa (KTD). Besarnya sampel ditentukan menggunakan metode
Slovin (Kuontur, 2003).
Data primer
diperoleh melalui wawancara terarah dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dengan berpedoman pada kuesioner yang telah
disusun. FGD dilakukan di tingkat kecamatan terhadap pelaku yang dijadikan sebagai sampel atau responden. Untuk menghindari
bias terhadap informasi yang didapat, responden yang diambil adalah pengelola
kegiatan PNPM LMP di tingkat desa, yaitu pengurus TPK atau mantan pengurus TPK.
Apabila data yang didapat belum memadai maka dilanjutkan pengamatan lapangan ke
tingkat desa.
Pengolahan Data
Pengolahan data
diawali dengan pengkodean atas jawaban kuesioner yang diberikan oleh responden.
Pilihan jawaban atas pertanyaan kuesioner diberikan skor. Hasil tabulasi di
verifikasi dan di rekap sesuai dengan kebutuhan analisis selanjutnya.
Analisis Data
Analisis data
yang digunakan adalah Analisis deskriptif, dan komparatif. Analisis Deskriptif,
digunakan untuk melakukan kajian indikator keberhasilan program yaitu swadaya
masyarakat, kegiatan yang terpelihara, jumlah masyarakat miskin yang menjadi
sasaran, dan kelembagaan yang terlibat kegiatan. Analisis Komparatif, digunakan
untuk mengkaji implementasi PNPM LMP dengan petunjuk teknis, hasil evaluasi
program secara internal dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
Pengujian
efektifitas terhadap indikator keberhasilan dilakukan dengan melakukan test
Statisktik Deskriptif yaitu menggunakan Tabulasi Silang (Cross Tab) pengujian menggunakan Chi Square test dengan persamaan
sebagai berikut:
Dimana:
f0 = Banyak frekuensi yang diobservasi dalam kategori ke i
fh =
Banyak frekuensi yang diharapkan di
bawah Ho dalam kategori ke i
Hipotesis yang akan di uji adalah:
H0 : b1= 0
H1 : b1 ≠ 0
Pengujian
dilakukan dengan membandingkan antara nilai χ2hitung dengan Tabel
Distribusi Chi-kuadrat dengan taraf signifikan α. Bila nilai χ2 > χ2(df,α),
maka Tolak H0 yang berarti bahwa terdapat perbedaan antara
pencapaian keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanan kegiatan PNPM LMP. Bila
keberhasilan lebih dominan maka program dapat dikatakan efektif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Keberhasilan PNPM LMP
Indikator keberhasilan program yang digunakan dalam penelitian ini ada
empat yaitu swadaya masyarakat, hasil kegiatan yang masih terpelihara, jumlah
sasaran kelompok masyarakat miskin, dan keterlibatan kelembagaan yang ada di
desa dalam pelaksanaan kegiatan.
Terdapat empat kegiatan yang memiliki nilai swadaya lebih dari 15%. yaitu
kegiatan Penghijauan Lingkungan Desa di Desa Wono Harjo Kecamatan Giri Mulya,
Penghijauan Lingkungan Desa di Desa Karya Pelita, Penghijauan Daerah Aliran
Sungai di Desa Suka Baru, dan Penghijauan Pantai di Desa Pasar Sebelat
Kecamatan Putri Hijau. Besarnya swadaya yang dikeluarkan adalah untuk kegiatan
pemeliharaan sampai dengan penyerahan
kepada Pemerintah Desa yang selanjutnya dikelola oleh Tim Pemelihara. Pemeliharaan
ini menyangkut kegiatan penyulaman, perbaikan pagar yang rusak akibat gangguan
ternak, dan lain-lain. Pada kegiatan penghijauan di lingkungan desa, penanaman
di lingkungan dilakukan secara swadaya, dikoordinir per RW atau dusun, gotong
royong.
Masyarakat masih beranggapan
bahwa kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah adalah proyek, pelaksananya saja
yang berubah, “pemborong” proyek tersebut sekarang adalah masyarakat desa yang
terpilih sebagai TPK (Tim Pelaksana Kegiatan). Dampak yang timbul adalah
naiknya nilai barang yang tadinya tidak dijual, bisa diambil begitu saja
menjadi memiliki nilai yang cukup mahal. Hal yang sama juga dijumpai tim
Evaluasi dari PNPM Support Fasilities
(PSF, 2011).
Terdapat kecenderungan asset yang
bersifat bangunan fisik yang masih terpelihara. Aset yang bangunan non fisik
kurang terpelihara. Terutama sekali asset yang bersifat hidup seperti tanaman.
Kendala yang dihadapi adalah musim kemarau pada tahun 2011 yang cukup lama,
sehingga banyak tanaman yang mati. Selain faktor iklim, ada juga faktor tidak
diikutinya anjuran yang diberikan oleh tenaga teknis. Untuk tanaman tertentu
harus diberikan pelindung, seperti manggis dan durian yang sangat peka dengan
cahaya langsung.
Aset PNPM LMP yang masih
terpelihara dengan baik yaitu lebih dari 75% adalah 14 kegiatan. Terdapat 3
bangunan penahan erosi berupa bronjong yang dikombinasi dengan penghijauan. Di
Desa Giri Mulya 1 unit dan di Desa Tanjung Anom 2 Unit. Pengendalian erosi
dengan memanfaatkan akar wangi (vetiver).
Tanaman akar wangi, dapat berfungsi sebagai kolom tanah, karena akarnya yang
dapat menembus lapisan kedap air. Tanaman ini juga dapat hidup di lahan kritis.
Kemampuan ini yang membuat akar wangi dimanfaatkan sebagai tanaman penahan
erosi.
Indikator kelompok masyarakat
miskin yang merupakan target utama dari PNPM, yaitu pengentasan kemiskinan.
Terdapat perbedaan dalam penetapan masyarakat miskin. Indikator yang
dipergunakan adalah berdasarkan kesepakatan masayarakat setempat. Penetapannya
dilakukan secara partisipatif. Sehingga yang dikatakan miskin oleh masyarakat
tidak sama dengan yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti penerima raskin,
atau Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Ikut sertanya kelompok masyarakat miskin dalam pelaksanaan
kegiatan dalam jangka pendek dapat memberikan manfaat mendapatkan sumber
penghasilan baru. Mereka dapat ikut berpartisipasi sebagai tenaga kerja pada
kegiatan penanaman, pemagaran dan pemeliharaan, terutama sekali kelompok
wanita. Bagi yang memiliki sumberdaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
kegiatan, dapat menjadi pemasok (supplier).
Terdapat 100% RTM yang ikut dalam kegiatan PNPM LMP, yaitu pada kegiatan pembangunan
digester biogas, pemanfaatnya adalah RTM dan pekerjanya juga RTM, akan tetapi
jumlahnya sedikit. Berbeda dengan kegiatan penghijauan yang merupakan
kegiatan padat karya, membutuhkan tenaga banyak. Partisipasi RTM dalam bentuk
tenaga dan waktu melalui hadirnya pada setiap tahapan perencanaan dan ikut
berkerja dan bergotong royong pada saat pelaksanaan kegiatan. Akan tetapi
berbeda dengan hasil penelitian Yulianti (2012) pada PNPM Perkotaan yang
melaporkan bahwa partisipasi masyarakat miskin sangat rendah, karena mereka
harus mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka tidak dapat ikut
berpatisipasi dalam kegiatan. Biasanya kelompok masyarakat miskin cenderung
apatis dan pasif.
Terbentuknya lembaga baru atau
ikut sertanya lembaga yang telah ada di desa dalam pelaksanaan kegiatan PNPM
LMP menjadi keberhasilan program. Melembaganya kegiatan yang telah dibangun
berarti telah memberikan manfaat bagi masyarakat desa dan akan tetap
terpelihara kelestariannya. Akan lebih baik bila lembaga yang ikut adalah
lembaga yang ada dan telah terbina dengan baik. Seperti kelompok tani, kelompok
nelayan, karang taruna atau kelompok masyarakat lainnya. Keterlibatan
kelembagaan dalam pelaksanaan kegiatan mencapai
65%.
Efektifitas Keberhasilan PNPM LMP
Keberhasilan pelaksanaan PNPM LMP
ditunjukkan dengan 4 indikator yaitu swadaya masyarakat mencapai target lebih
dari 5% dari total dana yang masuk, sebanyak 75% kegiatan terpelihara dengan
baik, lebih dari 30% sasaran kegiatan adalah kelompok masyarakat miskin dan
minimal ada 1 lembaga di desa yang ikut dalam pelaksanaan kegiatan PNPM LMP.
Tabel 1. Pencapaian Keberhasilan per Kategori Kegiatan
Kategori kegiatan
|
Jml Kgt
|
Y1
|
%
|
Y2
|
%
|
Y3
|
%
|
Y4
|
%
|
Konservasi dan Rehabilitasi SDA
|
28
|
4
|
14.29
|
8
|
28.57
|
24
|
85.71
|
18
|
64.29
|
Income Generating Activity (IGA)
|
7
|
-
|
-
|
2
|
28.57
|
6
|
85.71
|
6
|
85.71
|
Energi Terbarukan (RE)
|
5
|
-
|
-
|
4
|
80.00
|
4
|
80.00
|
2
|
40.00
|
Jumlah
|
40
|
4
|
10.00
|
14
|
35.00
|
34
|
85.00
|
26
|
65.00
|
Sumber : Data primer diolah (2013).
Keterangan:
Y1 = Swadaya>15%
Y2
= Asset Terpelihara >=75%
Y3
= Sasaran Masy. Miskin >=30%
Y4
= Kelembagaan >=1
Keberhasilan swadaya masyarakat
hanya terjadi pada kategori kegiatan konservasi dan rehabilitasi SDA, kegiatan
dilakukan dalam skala yang lebih luas, sehingga dukungan masyarakat terhadap
swadaya besar. Sedangkan untuk kegaiatn katagori IGA tidak tercapai target
swadaya karena kegiatan tersebut banyak berupa pelatihan-pelatihan pemanfaatan
sumberdaya alam yang ada. Seperti pelatihan pembuatan kompos, pelatihan
budidaya jamur, dan pelatihan kerajinan bambu. Kegiatan katagori RE target
keberhasilan tidak tercapai karena nilai kegiatan per unitnya besar. Seperti
biogas dan PLTS, swadaya yang diberikan sebenarnya cukup besar, seperti tenaga
kerja dalam penggalian dan penimbunan
lobang digester, penyediaan sekam untuk keperluan backcasting pengecoran
kubah.
Penghijauan sempadan pantai di
Desa Pasar Sebelat di Kecamatan Putri Hijau berhasil pada ke empat indikator
keberhasilan. Kegiatan penghijauan dengan penanaman cemara, waru dan ketapang.
Penghijauan ini bukan yang pertama, merupakan ke tiga kalinya pada tempat yang
sama. Pemeliharaan dilakukan oleh kelompok nelayan. Tempat tersebut dahulunya
adalah Cagar Alam Sebelat, tempat penyu bertelur. Manfaat bagi masyarakat
adalah sebagai tempat pendaratan perahu nelayan dan tempat rekreasi.
Tabel 2. Desa-desa yang Pencapaian Keberhasilan Kegiatan
PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan lebih dari 3 Indikator
Desa
|
Kegiatan
|
Y1
|
Y2
|
Y3
|
Y4
|
Pasar
Sebelat
|
Penghijauan
Pantai
|
26.98 *
|
90.0 *
|
72.5 *
|
1*
|
Karya
Bakti
|
Pembangunan
Digester Biogas
|
3.02
|
100.0 *
|
95.0 *
|
1*
|
Talang
Rasau
|
Penghijauan
Lingkungan dan Daerah Aliran Sugai
|
5.02
|
97.0 *
|
47.2 *
|
1*
|
Wonoharjo
|
Penghijauan
Lingkungan Desa
|
15.77*
|
85.0 *
|
25.4 *
|
0
|
Suka
Baru
|
Penghijuan
DAS
|
52.21*
|
40.0
|
39.3 *
|
1*
|
Sumber : Data primer diolah (2013).
Keterangan:
Y1 = Swadaya>15%
Y2 = Asset Terpelihara >=75%
Y3 = Sasaran Masy. Miskin >=30%
Y4 = Kelembagaan >=1
(*) = Keberhasilan tercapai
Pembangunan digester biogas di
Desa Karya Bhakti Kecamatan Putri Hijau mencapai 3 indikator keberhasilan. Jumlah
digester yang dibangun pada RTM sebanyak 8 unit. Selain dimanfaatkan gas bio
untuk memasak, limbah biogas (slurry)
dimanfaatkan oleh kelompok tani untuk memupuk tanaman.
Penghijauan lingkungan dan
sempadan pantai di Desa Talang Rasau Kecamatan Lais mencapai 3 indikator
keberhasilan. Desa Talang Rasau merupakan desa di sempadan sungai Air Lais.
Penghijauan lingkungan dengan menanam tanaman mangga dan sawo. Penghijauan di sempadan sungai dengan menanam
bambu. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Gapoktan. Profil ketua Gapoktan
pernah diliput oleh RB TV melalui LSM Ulayat.
Penghijauan di Desa Wonoharjo
Kecamatan Giri Mulya mencapai 3 indikator keberhasilan. Kegiatannya adalah
menanam tanaman pekarangan, dengan tanaman buah sawo, mangga dan duku.
Pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan Dusun dan RW. Swadaya masyarakat cukup
tinggi, yaitu berupa penanaman, pemagaran dan pemeliharaan.
Kegiatan penghijauan di sempadan
sungai di Desa Suka Baru Kecamatan Putri Hijau mencapai 3 indikator
keberhasilan. Indikator asset yang terpelihara hanya mencapai 40%. Rusaknya
tanaman kayu disebabkan adanya kegiatan perkemahan Pramuka di lokasi tersebut.
Lokasi ini sangat strategis karena berdekatan dengan Pusat Latihan Gajah (PLG).
Perhitungan efektifitas kegiatan
dilakukan dengan Statistik Deskriptif menggunakan tabulasi silang (crosstab)
dengan pengujian statistik menggunakan chi square. Perhitungan chi square
memperoleh χ2 = 120 d.f = 9 dimana nilainya > dari χ2(9,5%) tabel
= 16.9189, maka H0 ditolak yang menunjukkan bahwa ada perbedaan
antara indikator yang tercapai dan tidak tercapai.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan PNPM LMP di Kabupaten Bengkulu
Utara dinyatakan belum efektif dengan pencapaian indikator sebagai berikut:
swadaya masyarakat sebesar 10% dari jumlah kegiatan, asset kegiatan terpelihara
sebesar 35% dari jumlah kegiatan. jumlah sasaran masyarakat miskin sebesar 85% dari
jumlah kegiatan, dan penumbuhan atau keterlibatan kelembagaan yang ada didesa
sebesar 65% dari jumlah kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2010, Hasil Sesus Penduduk 2010 Kabupaten
Bengkulu Utara Angka Sementara, http://bengkulu.bps.go.id
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, 2010. Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP). Kementerian Dalam Negeri,
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Jakarta.
Kountur, R. 2003 Metode Penelitian Untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis, Penerbit PPM, Jakarta.
PSF (PNPM Support Fasilities), 2011. Green PNPM
Evaluation Of Sub-Project Implementation Quality, Mei 2011 (tidak
dipublikasikan)
Yulianti, Y. 2012.
Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok, Artikel, Program Pasca
Sarjana Universitas Andalas, Padang, tidak dipublikasikan.
0 Komentar
Terima kasih telah mengunjungi blog ini. Silahkan masukkan komentar anda